Hatiku nyeri saat melihat Khrisna tidur di sofa. Pria itu masih
mengenakan kemeja putih bergaris-garis biru --pakaian yang ia kenakan
semalam. Dasinya yang berwarna biru pekat terikat longgar di lehernya.
Dada Khrisna naik turun teratur. Sementara kedua tangannya terlipat di
perut.
Aku masuk ke kamar, mengambil selimut. Saat aku
hendak menyelimuti Khrisna, tiba-tiba pria itu terbangun. Matanya
mengerjap-ngerjap, lalu mengusap wajah dengan kedua tangannya. Khrisna
tersenyum saat melihatku.
"Kamu sudah bangun, Sayang?" tanyanya lembut, sambil
menarikku untuk duduk di sebelahnya. "Bagaimana kondisimu?"
Aku mengabaikan pertanyaan dan malah menatap wajahnya
yang terlihat lelah. Ada garis hitam di kantung matanya. "Kamu bergadang
semalam?" Aku malah balik bertanya.
Khrisna balas menatapku. "Aku mengkhawatirkanmu,
Aluna. Baru kemarin aku lihat kamu menangis seperti itu," ucap Khrisna
lembut. Jemarinya yang panjang masuk di helai-helai rambutku.
"Maaf aku membuatmu repot," sesalku. Kuusap wajah
Khrisna, ingin menghapus raut lelah di wajah tampan pria itu.
"Itu sudah kewajibanku untuk menjagamu, Aluna." Hatiku
terenyuh ketika mendengarnya.
"Aku tidak akan membiarkan gadis yang kucintai terluka
sendirian," Khrisna mengecup pipiku, mataku terpejam merasakan
kelembutan deru napasnya yang menggelitik kulitku.
"Terima kasih, Khris," bisikku.
Khrisna tersenyum, disampirkannya rambut yang jatuh
menutupi wajahku. "Cinta sejati melakukan apa pun demi seseorang yang
dicintainya, Aluna. Semua dilakukan dengan dasar ketulusan, tanpa
mengharapkan balasan dan ucapan terima kasih. Jadi, saat aku melakukan
apa pun untukmu, kamu tidak perlu berterima kasih. Karena aku
mencintaimu. Dan, itulah sesungguhnya cintaku."
Air mata jatuh dari sudut mata dan mengalir membasahi
pipiku. Khrisna yang melihatnya, segera menghapus air mataku dengan
jemarinya.
"Jangan menangis," pintanya.
Yah, Tuhan, apa yang telah kulakukan terhadap pria yang
mencintaiku dengan tulus ini? Mengapa aku bisa begitu tega
menkhianatinya? Di saat aku menangis karena luka yang ditoreh pria lain
yang kucintai , hanya dia yang hadir dan menguatkanku.
"Maafkan aku," Hanya kata itu yang mampu kuucapkan sebagai
penebus atas kesalahan yang kubuat secara sadar.
"Cinta selalu memaafkan." Khrisna mendekapku erat.
Dan, telapak tangannya mengelus punggungku. Menenangkanku agar berhenti
menangis.
Tuhan, mengapa kau tidak membuatku jatuh
cinta pada pria ini saja?
No comments:
Post a Comment