Monday 31 December 2012

Draft Novel: Sesungguhnya Cinta (Aluna dan Khrisna)

     Hatiku nyeri saat melihat Khrisna tidur di sofa. Pria itu masih mengenakan kemeja putih bergaris-garis biru --pakaian yang ia kenakan semalam. Dasinya yang berwarna biru pekat terikat longgar di lehernya. Dada Khrisna naik turun teratur. Sementara kedua tangannya terlipat di perut.

     Aku masuk ke kamar, mengambil selimut. Saat aku hendak menyelimuti Khrisna, tiba-tiba pria itu terbangun. Matanya mengerjap-ngerjap, lalu mengusap wajah dengan kedua tangannya. Khrisna tersenyum saat melihatku.

     "Kamu sudah bangun, Sayang?" tanyanya lembut, sambil menarikku untuk duduk di sebelahnya. "Bagaimana kondisimu?"

     Aku mengabaikan pertanyaan dan malah menatap wajahnya yang terlihat lelah. Ada garis hitam di kantung matanya. "Kamu bergadang semalam?" Aku malah balik bertanya.

     Khrisna balas menatapku. "Aku mengkhawatirkanmu, Aluna. Baru kemarin aku lihat kamu menangis seperti itu," ucap Khrisna lembut. Jemarinya yang panjang masuk di helai-helai rambutku.

     "Maaf aku membuatmu repot," sesalku. Kuusap wajah Khrisna, ingin menghapus raut lelah di wajah tampan pria itu.

     "Itu sudah kewajibanku untuk menjagamu, Aluna." Hatiku terenyuh ketika mendengarnya.

     "Aku tidak akan membiarkan gadis yang kucintai terluka sendirian," Khrisna mengecup pipiku, mataku terpejam merasakan kelembutan deru napasnya yang menggelitik kulitku.

     "Terima kasih, Khris," bisikku.

     Khrisna tersenyum, disampirkannya rambut yang jatuh menutupi wajahku. "Cinta sejati melakukan apa pun demi seseorang yang dicintainya, Aluna. Semua dilakukan dengan dasar ketulusan, tanpa mengharapkan balasan dan ucapan terima kasih. Jadi, saat aku melakukan apa pun untukmu, kamu tidak perlu berterima kasih. Karena aku mencintaimu. Dan, itulah sesungguhnya cintaku."

     Air mata jatuh dari sudut mata dan mengalir membasahi pipiku. Khrisna yang melihatnya, segera menghapus air mataku dengan jemarinya.

     "Jangan menangis," pintanya.

     Yah, Tuhan, apa yang telah kulakukan terhadap pria yang mencintaiku dengan tulus ini? Mengapa aku bisa begitu tega menkhianatinya? Di saat aku menangis karena luka yang ditoreh pria lain yang kucintai , hanya dia yang hadir dan menguatkanku.
"Maafkan aku," Hanya kata itu yang mampu kuucapkan sebagai penebus atas kesalahan yang kubuat secara sadar.

     "Cinta selalu memaafkan." Khrisna mendekapku erat. Dan, telapak tangannya mengelus punggungku. Menenangkanku agar berhenti menangis.


     Tuhan, mengapa kau tidak membuatku jatuh cinta pada pria ini saja?

No comments:

Post a Comment