Thursday 15 December 2016

Dari Foodblogger Sampai Inovasi BCA


Kamis, tanggal 17 November 2016, saya datang ke acara Ngobrol Bareng Blogger Pekanbaru. Acara ini diadakan jam 18.00 WIB di Antica Cafe & Resto yang berlokasi di jalan Ronggowarsito nomor 38B. Ada sekitar 20an blogger Pekanbaru yang hadir. Saya beruntung jadi salah satu blogger yang terpilih. Untuk itu saya berterima kasih pada BCA dan BBlog yang sudah menyelenggarakan Ngobrol Bareng Blogger Pekanbaru ini.

Selesai sholat Magrib, acara pun dibuka oleh MC. Kemudian diikuti hiburan musik oleh Seitara Band yang membawakan lagu Price Tag yang dipopulerkan Jessie J. Saat itu juga, para undangan dipersilakan mengambil makanan yang sudah disiapkan pihak Antica Caffe & Resto untuk makan malam.










Setelah makan malam, acara kembali dimulai. Acara selanjutnya yaitu presentasi dari salah satu blogger Pekanbaru. Pemateri pada sesi ini adalah Hendra Alya, food blogger juga admin instagram @KulinerPKU (instagram tentang kuliner Pekanbaru yang pertama kali ada). Hendra berbagi pengalamannya selama jadi food bloger serta tips menjadi food blogger yang baik.

Menurut Hendra, ada 3 hal yang harus diperhatikan food blogger saat melakukan review:
1.      Cari tahu sebelum datang:
-          Jam operasional restoran/kafe tersebut
-          Jenis makanan favorit/khas/andalan dari restoran/kafe tersebut
2.      Harus 3S: Sopan, Santun, dan Senyum
3.      Catat hasil review, mulai dari nama restoran/cafe, alamat, range harga, menu favorit, suasana, dll. Yang penting buat review yang semenarik mungkin.











Selanjutnya Hendra juga memberitahu tentang modal untuk menjadi food blogger, yaitu:
1.      Kamera (bisa kamera ponsel, minimal 8 MP)
2.      Akun social media (blog, twitter, facebook ataupun instagram)
3.      Niat, mau bercerita tentang makanan enak.
Ternyata tidak hanya itu, untuk menutupi sesi sharing-nya, Hendra membocorkan tips memotret makanan agar terlihat menarik. Menurutnya ada 3 hal yang perlu diperhatikan food blogger agar foto makanan terlihat bagus, yaitu:
1.      Usahakan memotret di dekat jendela (jika siang hari) atau di bawah cahaya lampu (jika malam hari).
2.      Hindari backlight (bagi food blogger yang menggunakan kamera ponsel).
3.      Foto secara close-up.
Setelah Hendra menutup presentasinya, sesi selanjutnya diisi oleh Anna Lisa, selaku perwakilan dari BCA. Kali ini Anna Lisa memperkenalkan salah satu gebrakan dan inovasi terbaru dari BCA, yaitu Sakuku.










Sakuku adalah dompet elektronik yang dapat digunakan bertransaksi melalui aplikasi smartphone dalam melakukan bayar belanja, isi pulsa, dan transaksi perbankan lainnya. Sakuku ini lebih simpel, mudah dan praktis,  karena kita hanya perlu menginstal aplikasi Sakuku yang bisa didownload dari App Store ataupun Play Store di smartphone. Nomor rekening Sakuku menggunakan nomor ponsel kita. Sangat membantu di zaman serba canggih saat ini. Dengan begitu, acara hangout akan semakin all out.












Ada beberapa keuntungan yang dimiliki Sakuku, yaitu:
1.      Transfer antar Sakuku, minimal Rp 5.000,-. Caranya kita tinggal memasukkan kontak tujuan (teman Sakuku) yang hendak kita kirimin uang.
2.      Permintaan Transfer. Ini cocok banget bagi kamu yang ingin nagih hutang (atau minjem duit) pada temanmu meski kalian berjauhan. Minimalnya tetap sama, Rp 5.000,-.
3.      Split Bill. Bagi kamu yang suka nongkrong dan makan ramai-ramai dengan sahabatmu, ini sangat membantu sekali. Jadi, nanti salah satu dari kalian membayar tagihan terlebih dahulu. Nanti baru teman-teman yang lain membayar. Semacam ditalangin dulu deh gitu. Kan kadang ribet juga musti bayar satu-satu ke kasir. Cara split bill ini gampang banget. Tinggal masukin kontak Sakuku (maksimal 9 kontak). Penerima harus mengaktifkan fitur permintaan. Oh iya, tagihan bisa dibagi rata atau disesuaikan dengan tagihan masing-masing.
4.      Isi Pulsa. Kamu bisa isi pulsa mulai dari nomor sendiri, nomor orang lain atau minta diisiin pulsa. Nah yang enaknya lagi kamu bisa gak perlu repot – repot ketik nomor handphone dan pilih operator.Kalau isi pulsa nomor orang lain atau minta isi pulsa juga gampang bisa plh kontak yang ada di HP kamu.
5.      Tarik tunai di ATM BCA yang ada terima tarik tunai Sakuku. Nominal penarikan kelipatan Rp 50.000,- dan maksimal Rp 1.250.000,- per transaksi penarikan.
6.      Dapat digunakan berbelanja di banyak merchant. Beberapa di antaranya:
-          Gramedia, Chatime, Alfamart, CGVblitz, dll (merchant fisik)
-          Blibli.com, Bhinneka.Com, Kaskus, dll (merchant online)

-          Cek merchantnya secara lengkapi Di sini
Pengisian saldo Sakuku itu praktis banget. Ada 3 channel yaitu melalui ATM BCA, KlikBCA dan BCA mobile. Dan yang pasti untuk pengisian bisa minimal dengan Rp 10.000,- kita sudah bisa melakukan pengisian Sakuku. Sangat mudah, simpel dan praktis, bukan? Jadi menurut saya, Sakuku ini sungguh gebrakan dan inovasi yang canggih.

Setelah sesi pengenalan Sakuku berakhir, acara disemarakkan penampilan stand up comedy oleh Buha Malik. Dengan begitu, berakhir sudah rangkaian acara Ngobrol Bareng Blogger Pekanbaru ini. Saya secara pribadi beruntung sekali bisa hadir di acara ini. Banyak hal yang saya dapatkan, mulai ilmu baru tentang nge-blog, sampai kenalan baru dengan orang-orang hebat. Harapan saya semoga acara keren seperti ini terus berlanjut.

Terakhir saya cuma mau ngucapin ini sekali lagi: Terima kasih, BCA, dan BBlog. Semoga jaya selalu!

Monday 8 August 2016

Lokakarya Seni yang Berpihak dan Jejaringan Seni Part 1 (Kamis, 4 Agustus 2016)

Panggung Acara Lokakarya Seni yang Berpihak dan Jejaring Seni

Minggu lalu, komunitas Kongkow Nulis mendapat undangan dari Rumah Budaya Sikukeluang untuk mengikuti lokakarya Seni yang Berpihak dan Jejaringan Seni di Camping Ground kawasan Suaka Margasatwa Rimbang Baling, Desa Koto Lamo, Kampar Kiri. Acara lokakarya tersebut akan diadakan pada tanggal 4-6 Agustus 2016. Alhamdulillah saya dipercaya untuk mewakili Kongkow Nulis mengikuti acara tersebut.

Pada hari kamis, 4 Agustus, 2016, saya sudah datang ke Rumah Budaya Sikukeluang di jalan Dwikora jam 8 pagi. Saya memang datang terlalu pagi, karena dari pesan Line panitia, kami baru akan berangkat jam 10 pagi. Tetapi agenda keberangkatan sedikit tertunda karena tamu dari Jakarta, yaitu 3 orang anggota Koalisi Seni Indonesia yang akan jadi pemateri, terlambat sampai ke Pekanbaru. Pada jam setengah duabelasan, barulah kami berangkat dengan menggunakan mobil mini bus.

Rute yang kami tuju dengan mobil adalah desa Gema. Mobil kami sempat singgah di Simaliyang sebentar, menjemput salah satu peserta di sana, lalu kembali singgah untuk makan siang di salah satu rumah makan di Lipat Kain. Setelah perut kenyang, kami melanjutakan perjalanan menuju desa Gema, yang sudah tidak terlalu jauh. Jam dua siang, kami sampai di desa Gema.

Dari desa Gema, perjalanan seru baru saja di mulai. Untuk ke lokasi camping ground kami akan menaiki piyau, sejenis sampan, dengan bantuan mesin tempel. Di desa Gema, Heri Budiman, Penggegas acara ini, sudah menunggu kedatangan kami. Kami berangkat dengan 6 piyau menuju lokasi lokakarya. Piyau di isi oleh 3 atau 2 orang peserta.

Sepanjang perjalanan menyusuri sungai itu, saya tidak berhenti berdecak kagum. Saya bisa melihat aktivitas penduduk lokal sedang beraktivitas di tepian sungai. Sesekali kami juga berpapasan dengan beberapa piyau yang menyusuri sungai. Oh iya, saya juga sempat melihat bule, berjenis kelamin laki-laki, sedang mandi di tepi sungai. Bukit-bukit, hijaunya hutan, angin yang menerpa wajah, menjadi kenikmatan yang sampai sekarang tidak bisa saya lupakan. Karena perjalanan piyau kami melawan arus dan sedikit mendaki, kami sampai di lokasi menempuh waktu hampir 2 jam.
lokasi camping ground Rimbang Baling

Sesampainya di lokasi, ternyata kami sudah ditunggu oleh warga lokal dan beberapa peserta yang datang lebih dulu. Dua orang warga melakukan silat, menyambut kedatangan kami. Setelah acara silat selesai, kami segera naik ke lokasi camping ground dan menyicipi jamuan berupa minuman teh dan beberapa gorengan. Alunan musik tradisonal yang dimainkan ibu-ibu warga lokal, menjadi hiburan kami saat bersantai. Setelah acara bersantai selesai. para peserta diberi waktu untuk mandi. Karena lokasi kami bersisian dengan sungai, jadi kami mandi di sungai tersebut. 

Jam 7 malam, hidangan makan malam datang. Peserta segera berkumpul untuk mengisi perut. Menu kali ini spesial. Gulai daging Kijang dengan campuran kentang dan telur dadar. Jujur, ini pertama kalinya saya menyicipi daging kijang. Teksturnya empuk banget. 3 potong daging rasanya kurang. Mau nambah tapi malu. Di sana saya jadi lupa program diet saya (hiks!). 

Selesai makan, kami berkumpul di depan panggung. Duduk setengah melongkar. Agenda malam ini adalah perkenalan. Acara dibuka oleh Heri Budiman selaku penggegas acara, lalu oleh Datuk dari suku Ketapang (yang memberikan pengantar tentang kehidupan di Koto Lamo), dan terakhir oleh Hikmat (perwakilan KSI). Setelah itu, setiap anggota lokakarya memperkenalkan diri untuk menciptakan keakraban.
Pemandangan sungai di sekitar lokasi kemping

Selanjutnya adalah acara bebas. Kami membuat api unggun sambil memainkan gitar. Tak lupa membakar ubi dan menyeduh kopi juga. Petikan gitar, api unggun, kopi, ubi bakar, langit gelap, suara hewan hutan, dan kebersamaan, menjadi kesatuan yang membuat perasaan saya menjadi hangat. Di sela kegiatan api unggun tersebut, saya bercanda dengan beberapa anggota.Salah satu topik bercandaan kami adalah 'RONGGA'. Dan jujur sampai detik ini kalau mengingat itu saya masih ketawa.

Setelah lewat tengah malam, acara api unggun berakhir. Kami diminta untuk beristirahat karena kegiatan esok hari akan padat.

Penasaran dengan kegiatan saya di hari kedua di camping ground Rimbang Baling? Tunggu postingan saya selanjutnya, ya!
Kenang-Kenangan untuk Kongkow Nulis

Thursday 21 July 2016

LOGIKA DALAM FIKSI

sumber: google image


FIKSI. Ketika kita mendengar kata 'FIKSI' maka hal yang seketika melintas dibenak kita adalah rekaan, tidak nyata, imajiner dan dibuat-buat.  Menurut wikipedia, fiski adalah sebuah prosa naratif bersifat imajiner. Hal ini diperkuat dengan KBBI yang menyatakan bahwa fiksi adalah (1) cerita rekaan (roman, novel, dan sebagainya), (2) rekaan, khayalan, tidak berdasarkan kenyataan, (3) pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan dan pikiran.

Tapi, meskipun begitu, apakah sebuah karya fiksi harus dibuat sesuka hati berdasar khayalan? jawaban dari saya adalah TIDAK.

Karya fiksi memanglah berawal dari imajinasi atau rekaan penulisnya. Tetapi karya fiksi yang baik tetaplah karya fiksi yang mengacu pada sesuatu yang dapat diterima kebenarannya. Nah kebenaran dalam fiksi inilah yang disebut LOGIKA FIKSI. Agar sebuah karya fiksi tetap berjalan di koridor LOGIKA FIKSI maka penulkis dituntut untuk melakukan riset untuk kepentingan karyanya.

Ada banyak logika fiksi di dalam sebuah karya fiksi. Di sini saya akan bahas beberapa logika fiksi tersebut.

1. Logika segi pengetahuan umum atau bidang ilmu tertentu

Contoh: Tokoh menderita sakit panas. Ke rumah sakit untuk diperiksa. Dalam waktu sekejap dokter seketika menyatakan si  tokoh menderita penyakit tipus.

Contoh di atas jelas tidak masuk akal. Karena pada kenyataannya untuk mengetahui seseorang menderita penyakit tipus, tidak hanya bisa dilakukan dalam sekali pemeriksaan. Ada pemeriksaan lanjutan. Jadi, contoh di atas akan merusak logika fiksi ceritamu.

2. Logika segi karakter
Contoh: Di awal cerita kamu memperkenalkan tokohmu memiliki fobia terhadap darah. Lalu di tengah cerita, teman si tokoh mengalami kecelakaan. Tubuhnya penuh darah. Lalu si tokohmu dengan heroiknya menggendong temannya ke mobil untuk dibawa ke rumah sakit

Contoh di atas jelas-jelas akan merusak logika fiksi ceritamu. Karena karakter semula yang kamu bangun, bertentangan dengan tindakannya pada jalan cerita.

3. Logika dari kewajaran cerita
Contoh: Perhatikan cuplikan di bawah ini. 

Saat itu minggu kedua bulan April. Aku diajak Papa berlibur ke Jepang. Aku sangat bahagia. Pasalnya, Jepang adalah negara yang sangat ingin kukunjungi saat lama. Sesampai di Narita Airport, cuaca sangat dingin. Ternyata sedang berlangsung musim dingin. Aku menganggumi salju-salju yang berguguran, tampak seperti gula-gula kapas yang berjatuhan dari langit.

Secara sekilas, cerita tersebut masuk akal. Jepang salah satu negara yang memiliki 4 musim. Jadi, melihat salju di Jepang sesuatu yang wajar. Tapi, apakah mungkin salju turun di bulan April? Tentu saja tidak. Nah, inilah yang tidak wajar. Ini akan merusak logika ceritamu.

4. Logika segi setting cerita

Contoh: Kamu menggunakan setting Jakarta. Lalu ada adegan, tokohnya berdiri di depan emperan tokoh, melihat salju yang berguguran. 

Logikamu dimana? Sejak kapan Jakarta turun salju? Cape deeeeh!


Itulah tadi beberapa tentang logika fiksi. Sebenarnya masih banyak lagi. Tapi, saya rasa poin poin di atas cukup mewakili untuk kamu-kamu agar lebih memahami logika di dalam sebuah fiksi. Jadi, jangan pernah kamu pikir menulis fiksi itu cuma modal khayalan, ya. Pada kenyataannya kita harus tetap memerhatikan logika agar membuat cerita fiksi kita itu diterima kebenarannya.

So, tetap terus menulis. ^^

Wednesday 24 February 2016

Giveaway Berhadaih Novel Selalu Denganmu Ber-ttd Penulisnya



SELALU DENGANMU adalah  novel keempat yang berhasil saya terbitkan. Novel ini terbit di bulan April 2015 di Media Pressindo. Novel ini bergenre Adult Romance.

            Bercerita sedikit tentang SELALU DENGANMU, novel ini bercerita tentang cewek yang menuntut ilmu di sekolah fesyen di Milan. Impian terbesarnya yaitu memiliki merk yang mendunia. Tapi, suatu masalah terjadi. Ayahnya terlibat kasus korupsi. Si cewek terancam putus sekolah karena ketiadaan biaya. Tapi, si cewek tidak mau menghempaskan mimpinya begitu saja. Dia pun berjuang, meski tanpa sokongan dana dari keluarga.
            Di bawah langit Milan, bersama seorang pria bermata tosca, perjuangan si cewek pun dimulai.
            Sesuai judul postingan ini, yup saya ingin membagikan 1 eks novel SELALU DENGANMU dan hadiah kejutan untuk 1 pemenang. Bertanda tangan nggak? Tentu dong! Giveaway ini diadakan dalam rangka syukuran atas royalti semester pertama yang didapatkan novel ini. Berapa nominalnya? Ada deh! Yang pasti bikin semangat buat nulis lagi dan lagi.

            Rules untuk giveaway kali saya bikin simpel aja. Disesuaikan dengan hadiahnya juga. Rules wajib diikuti. Syarat pertama untuk menang adalah peserta yang mematuhi aturan. Adapun rules-nya sebagai berikut:
  • ·         Follow blog ini (bagi yang tidak punya blog bisa follow lewat email) dan akun twitter @KAgusta
  • ·         Share info giveaway ini dengan kalimat se-kreatif kamu. Bisa lewat twitter ataupun FB. Mention/tag 3 temanmu untuk ikut giveaway ini. Share boleh berkali-kali dan ini bisa jadi nilai plus untuk menang.
  • ·         Jawab pertanyaan berikut ini dikolom komentar dengan menyertakan id Twitter atau FB:
“Apa IMPIAN yang ingin kamu capai di tahun 2016 ini? Dan, siapa orang yang kamu harapkan berada di sisimu disaat IMPIAN itu terwujud?”
  • ·         Giveaway ini berakhir pada tanggal 8 Maret 2016 jam 23:59.
             
Itu tadi rules untuk giveaway kali ini. Ingat, jawaban yang dinilai adalah jawaban peserta yang mematuhi rules.  Dan, 1 … 2 … 3 …! Giveaway berhadiah novel SELALU DENGANMU resmi dimulai. Pastikan novel ini menjadi milikmu. ^^

Tuesday 23 February 2016

WAJIB BACA! LEWAT FACEBOOK DUA PENULIS INI PUN PUNYA ANAK.


 Lewat media sosial, dua penulis ini saling mengenal hati. Hingga akhirnya sepakat menikah dan mempunyai anak. Ketahui kisahnya di sini!

DeJavu: Dream Or Real?
Oleh Kamal Agusta dan El Eyra
           
Pernah tidak sih, membayangkan kalau kamu dibenci oleh sebagian besar teman sekelasmu? Gadis yang duduk diam itu sedang mengalaminya. Hanya karena mereka menganggap gadis itu aneh. Gadis yang tidak pantas untuk dijadikan teman. Karena sesuatu yang buruk akan datang pada orang-orang yang  dekat dengannya.
            Efrilla, sebut saja ia dengan nama itu. Ia akan menoleh padamu dan memberikan senyum paling sempurna yang dipunyainya. Gadis jenius yang seharusnya menjadi pujaan di tempat ia menuntut ilmu. Selain karena otaknya yang encer, ia juga memiliki wajah yang cantik. Sayangnya kecerdasan dan kecantikan bisa jadi tidak berguna jika kamu memiliki sisi yang tidak dapat diterima oleh manusia lainnya.
            Efrilla duduk memunggungi sebatang pohon akasia di taman sekolah. Ia berdiam diri di sana sejak bel istirahat berbunyi. Hanya untuk memastikan bahwa dirinya akan baik-baik saja. Setidaknya dengan begini, ia bisa sedikit bernapas lega. Tidak ada mata yang memandanginya dengan pandangan yang ganjil, tidak ada perkataan yang membuatnya terluka. Mungkin menyendiri adalah keahlian terbaik yang Tuhan berikan untuk melindunginya.
            Nah, kabar baiknya, walau ia tidak memiliki banyak teman, ia masih memiliki dua orang sahabat yang sangat peduli dengannya. Apa pun yang terjadi, meski Efrila memiliki kecenderungan untuk mendatangkan sesuatu yang buruk bagi mereka. Mereka tidak peduli, karena mereka percaya, itu bukan keinginan Efrilla.
            “Efrillaaa, kamu kemana aja sih? Tahu nggak, paniknya aku nyariin kamu,” kata Voni begitu mendapati Efrilla di taman sekolah. Voni—satu dari dua orang sahabat Efrilla—langsung duduk di samping gadis itu.
            Efrilla hanya mengulum senyum, “Maaf, aku keluar nggak bilang-bilang dulu. Zaza mana?”
            Voni merapikan rambutnya yang beterbangan diterpa angin, “Dia juga nyariin kamu. Takutnya kamu dikunciin Ferdy lagi di toilet kayak kemarin. Habisnya kamu juga sih, istirahat langsung keluar nggak bilang-bilang. Biasanya kamu kan ngajakin kita.”
            “Iya, iya ... tadi aku juga sudah minta maaf, tiba-tiba aku dapat penglihatan lagi.” Efrilla mulai bercerita. “penglihatan yang sama, sebulan ini hanya itu yang ada di mimpi-mimpiku.”
            “Cowok itu lagi?” tanya Voni memastikan.
            Efrila tidak menjawab, ia hanya tersenyum.
            “Mungkin dia yang akan melepas kutukan kamu,” tukas Voni membalas senyum Efrilla.
            “Apaan sih kamu. Kutukan? Aku nggak pernah dikutuk kok, kamu tuh kebanyakan nonton film animasi! Aku hanya berbeda, kamu kan tahu sendiri kalau ....”
            Belum sempat Efrilla meneruskan kalimatnya, seseorang datang sambil berteriak, “Efrillaaaaaaaa, kamu harus tahu tentang ini!”
            Efrilla terdiam, ia melihat Zaza berlari ke arahnya. Ada apa?
***
Efrilla
            Setelah pulang sekolah, aku berdiam diri di depan cermin, mungkin cukup lama. Bertanya-tanya, apa yang salah denganku? Cantik? Hmm, kurasa itu bukan kesalahan, itu anugrah yang diberikan Tuhan. Cerdas? Itu juga bukan kesalahan, tapi suatu kekuasaan Tuhan. Berbeda? Ya, itulah masalahnya, aku berbeda dari yang lain.
            Mama meninggal karena melahirkanku, Papa pergi meninggalkan aku dan memilih tinggal bersama istrinya yang baru. Teman-teman yang dekat denganku, pasti akan memperoleh kesialan. Dinda, baru saja kami berkenalan saat masuk sekolah, ia langsung sakit. Rasta, ia kecelakaan saat kami hendak belajar kelompok. Martin, sehari jadian denganku, ia meninggal. Masih banyak yang mendapat hal serupa jika berdekatan denganku. Aku kesepian, aku sendirian ... andai mereka tahu betapa sulit semua ini untuk kuhadapi.
            Dulu, aku gadis yang normal, memiliki banyak teman, selalu menjadi idola di sekolah karena prestasi akademik yang kuperoleh. Tapi semua itu hancur berkeping-keping saat aku mulai berbeda, tepatnya saat aku mendapat mimpi, mendapat penglihatan akan masa depan. Kelebihan yang harus dibayar mahal. Bagaimana cara melepaskan diri dari semua ini? Entahlah, aku tidak tahu.
Yang membuatku lega, setidaknya aku masih memiliki dua orang sahabat yang ada saat suka maupun duka. Juga Kakek yang tinggal bersamaku. Namun bagiku, mungkin meninggalkan adalah pilihan yang terbaik untuk sekarang ini.
“Kamu mendapat beasiswa pertukaran pelajar itu, Efrilla!” Itu kata Zaza tadi pagi. Kata-kata yang masih terngiang jelas dalam benakku.
Separuh hatiku sangat bahagia, separuhnya lagi bersedih. Bahagia karena aku akan memulai hidup baru, sedih karena harus meninggalkan orang-orang yang kusayangi. Tapi kembali lagi pada hal yang sama, bahwa meninggalkan adalah pilihan terbaik untuk saat ini. Ya, meninggalkan ....
***
Darrel
            Langit London cerah dengan sinar matahari yang begitu hangat pagi ini. Namun tidak denganku. Pagi ini, aku terpaksa tersaruk-saruk menyeret tubuhku memasuki gedung sekolahku, Newton High School, dengan mata mengantuk.
            Semalam aku terbangun dini hari lagi karena bermimpi. Bukan mimpi seram, namun agak sedikit aneh. Mimpi itu seolah nyata. Aku sedang bersama seorang gadis, berjalan kaki di pusat kota London menikmati hangat matahari di musim panas dengan obrolan menarik yang seolah tiada habisnya. Aku merasa gadis itu semacam my girlfriend, ada chemistry yang mengikat kami. Dan, saat aku terbangun aku sudah tidak mengingat lagi wajahnya. Satu-satu yang kuingat dari gadis yang menjadi pacarku di dalam mimpi itu hanya suaranya. Ini sungguh aneh, bukan?
            “Kau tidak apa-apa?” tanyaku saat menabrak seorang murid perempuan ketika berbelok di koridor menuju kelas sejarah.
            Murid itu memungut buku-buku beserta sebuah  kertas denah sekolah. Dan, saat gadis itu melihat padaku, matanya membulat besar. Mata bulatnya yang hitam dan jernih seolah menimbulkan desiran aneh di dadaku. Kantukku menguap. Ada tarikan aneh yang membuatku merasa dekat dengannya. Padahal aku baru pertama kali melihatnya.
            Gadis itu masih diam dengan ekspresi yang sulit kumengerti, antara bingung, terkejut, senang, juga … entahlah! Dan, itu membuatku merasa khawatir.
            Are you okay?” tanyaku sambil mengamatinya. Mata gadis itu mengerjap lalu menggeleng cepat sambil mengucapkan sesuatu dalam bahasa yang tidak kumengerti sama sekali. Keningku makin berkerut.
            “Aku tidak mengerti yang kaubicarakan.”
            “Oh,” gadis itu terkesiap. “Aku tidak apa-apa.”
            “Syukurlah,” ucapku lega. Kelegaan yang aneh.
            “Maaf,” gadis itu masih menatapku, “apa kau … Darrel?”
            Detik itu juga aku seperti tersengat aliran listrik saat mendengar gadis itu menyebut namaku. Suaranya mengingatkanku akan seseorang yang baru saja kupikirkan. Gadis dalam mimpiku.
***
Efrilla
            “Maaf, apa kau … Darrel?”
            Jantungku bergemuruh saat tanpa sadar bibirku menyebut satu nama yang tiba-tiba terlintas di benakku. Aku tidak pernah mengenal nama itu, tapi hatiku berkata sebaliknya.
Anak laki-laki berwajah tirus, kulit putih agak sedikit merah, dan penuh bintik-bintik hitam di hidung itu menatapku dengan mata hijau tosca-nya yang sudah sering kulihat. Aku balas menatapnya, mencoba meyakinkan bahwa aku benar-benar melihat mata itu. Sekarang aku tidak salah lagi, mata hijau tosca dan wajah itu memang yang sering hadir di mimpiku. Perutku langsung tergelitik seolah ada yang berterbangan dengan liarnya.
“Kau Darrel?” ulangku, kini penuh harap.
Anak laki-laki itu mengangguk kecil. “Kau … Efrilla?” tanyanya balik dalam bahasa inggris yang fasih dengan aksen british yang kental.
Dan, saat mendengarnya menyebut namaku, jantungku berdetak berpuluh-puluh kali lipat dari biasanya. Detak jantung yang tentu saja tidak normal.
***
Darrel
            Efrilla. Begitulah nama gadis bermata bulat dengan warna hitam jernih dan memiliki garis wajah asia itu. Aku merasa ini ajaib, bahkan lebih ajaib daripada tujuh keajaiban dunia. Bertemu secara nyata dengan gadis yang selama ini hanya kau temui dan kenal di dunia mimpi, kau pasti akan berpikir ini juga ajaib kan?
            Sebulan sudah berlalu sejak pertemuanku dengan Efrilla. Ternyata Efrila adalah peserta exchange student dari Indonesia. Dan di pagi pertemuan pertama kami itu adalah hari pertama dia memulai belajar di sekolahku.
            Sejak hari itu aku dan Efrila selalu bersama-sama, baik di kelas, di kantin, bahkan aku sudah beberapa kali bermain ke flat-nya yang tidak jauh dari sekolah, cukup berjalan kaki saja untuk sampai ke flat-nya. Aku juga selalu membantunya bila mengalami kesulitan. Bahkan saat weekend pun kami sering melewatinya bersama-sama dengan naik kereta bawah tanah atau berjalan-jalan di Carnaby, memanjakan kulit dengan hangat matahari sambil menonton pertunjukan pengamen jalanan yang meraup uang di sepanjang trotoar Carnaby.
            “Aku menyukai musik klasik,” bisik Efrilla dengan pandangan takjub pada sekumpulan pria-pria muda yang memainkan bermacam alat musick yang terdengar semacam lagu pertunjukan opera. “Ini sungguh mengagumkan!”
            Bibirku tersenyum mendengar nada antusias dan puas dari suaranya. “Aku senang bila kau menyukainya, Efrilla.”
            “Kau sungguh lelaki yang baik, Darrel.” Aku bisa melihat rona merah di pipinya. Wajahku ikut memerah karena debaran aneh yang menyelusup di dadaku.
Dan, entah sejak kapan mulanya, timbul keinginan dalam hatiku untuk selalu  melihat gadis itu tersenyum. Bahagia. Apa ini tanda-tanda aku mulai jatuh hati pada gadis Indonesia ini?
***
Dini hari itu, Efrilla terbangun begitu mendapat gedoran pintu dari luar flat-nya. Peluh sebesar biji jagung menetes dari dahinya. Ada perasaan cemas yang merayapi benaknya. Gedoran kedua terdengar lagi, kali ini diikuti dengan sebuah suara, “Efrilla, are you okay? You screaming when sleeping.”
Itu pasti suara Mr. Gilbert, tetangganya. Dengan suara parau Efrilla menyahut, “I am okay, Sir. Don’t worry.”
Sudah lewat tengah malam untuk menyambut seseorang meskipun ia dua kali lebih tua dibanding umurmu. Untuk itu Efrilla urung membukakan pintu. Lagipula Mr. Gilbert pasti mengerti. Meskipun berada di lingkungan baru, Efrilla masih bisa menjaga adat istiadat Indonesia.
Efrilla langsung turun dari ranjangnya, ia segera meraih ponsel dan membuat sambungan telepon pada seseorang. Beberapa kali Efrilla menekan keypad pada ponselnya. “Hmh, tidak diangkat,” desah Efrilla cemas.
Efrilla terus menelepon orang itu sambil berdiri di daun jendela. Menatap panorama malam yang menenangkan. Ia berdiri di sana sampai matahari terbit. Takut jika ia kembali tertidur, maka ia mendapati mimpi itu lagi.
***
Darrel
            Pagi itu aku bangun dari tidur dengan perasaan cemas. Semalam aku tertidur begitu pulasnya sampai-sampai tidak mendengar dering ponselku yang berbunyi berkali-kali. Setelah kuperiksa di sana tertera nama Efrilla, menelepon sebanyak tiga belas kali.
            Aku segera menghubunginya, takut jika terjadi sesuatu terhadapnya atau ia butuh bantuanku. Namun sialnya nomor Efrilla tidak aktif. Berkali-kali aku mencoba menghubunginya, berkali-kali pula ada suara operator yang memberitahukan nomor Efrilla tidak aktif dan berada di luar jangkauan.
            Sungguh, aku ingin memaki diriku sendiri. Kenapa semalam aku tidak terbangun ketika Efrilla menelepon? Maka hari ini aku berangkat ke sekolah lebih awal dari biasanya. Aku ingin cepat bertemu dengan Efrilla.
            Beruntung karena begitu sampai di halaman sekolah, aku melihat Efrilla duduk di teras kelas. Ia sedang membaca buku yang lumayan tebal dan mendengarkan sesuatu melalui earphone-nya. Aku segera menghampirinya dan duduk di sampingnya.
            “Efrilla,” kutepuk bahunya agar ia memperhatikanku, “kenapa kau meneleponku semalam? Aku cemas sekali, kukira ada sesuatu yang buruk terjadi padamu. Pagi ini aku menelponmu tapi nomormu tidak aktif. Ada apa sebenarnya?”
            Efrilla menutup buku yang ia baca, kemudian melepaskan earphone yang melekat pada telinganya. Ia melihatku dengan mata yang ganjil. “Apa kita saling mengenal?” tanyanya.
            Deg! Seperti ada sesuatu yang menohok hatiku. Sakit sekali. Perlu beberapa detik bagiku untuk menguasai diri. “Efrilla, ada apa denganmu?” tanyaku memastikan.
            “Maaf, aku tidak terbiasa berbicara dengan orang yang belum kukenal.” Efrilla beranjak dari duduknya, ia pergi tanpa memandangku, bahkan menoleh pun tidak.
            Aliran darahku beku. Apa yang terjadi padamu, Efrilla?
***
Efrilla
            Tahukah apa yang paling kutakutkan di dunia ini? Kalau kau menebak kematianku, itu salah besar. Mungkin aku malah akan bahagia jika aku mati. Tapi melihat orang yang kau sayangi mati dalam mimpimu, bagaimana perasaanmu?
            Mungkin jika kau orang Jawa, itu berarti umur panjang untuk orang yang kauimpikan. Namun mimpiku, tidak seperti itu. Apa yang kumimpikan bisa menjadi kenyataan. Itulah sebabnya benci bermimpi!
            Martin—cinta pertamaku— meninggal karena terjatuh saat main flying fox. Kepalanya terbentur di bebatuan. Cukup mengenaskan untuk dimimpikan bukan? Sayangnya mimpi itu hadir lima menit sebelum kejadian berlangsung. Bagaimana aku dapat mencegahnya? Bahkan menelepon untuk mengatakan jangan naik saja aku tidak bisa melakukannya. Semuanya terjadi begitu cepat.
            Sekarang, aku bermimpi tentang Darrel, bukan mimpi seperti biasanya. Namun bermimpi tentang kematian Darrel. Sudah kuduga ini akan terjadi suatu saat nanti, karena kautahu sendiri, aku dapat mendatangkan kesialan bagi orang-orang yang dekat denganku. Tapi tidak kusangka mimpi itu akan datang secepat ini.
            Pagi itu aku melihat Darrel. Ia baik-baik saja. Apa kautahu betapa leganya aku bisa melihatnya? Semua itu tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata karena kupikir aku tidak bisa melihatnya lagi.
            Aku sudah membuat keputusan final tentang hal ini. Semalam suntuk aku tidak tidur hanya untuk memikirkan apa yang harus kulakukan ketika aku melihatnya masih hidup. Sesuatu yang bahkan tidak bisa aku peroleh ketika bersama Martin.
            Aku memutuskan untuk menjauh darinya, sejauh-jauhnya. Hanya ini satu-satunya cara untuk menyelamatkannya, untuk membuatnya tetap hidup. Bersama denganku tidak akan membuat keadaan menjadi baik, malah mungkin sebaliknya. Aku tidak ingin mendapat mimpi tentang kematian lagi, lebih-lebih kematian orang yang sekarang ini mengisi hatiku—Darrel.
            Saat aku bertemu dengannya di teras tadi, aku mengatakan sesuatu yang begitu jahat padanya. “Apa kita saling mengenal?”
Kau tahu bagaimana reaksinya? Shock, tentu saja. Aku langsung berdiri dan pergi meninggalkannya. Aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, yang kutahu ia beberapa kali memanggil namaku dan berusaha mengejarku.
***
Darrel
            Efrilla tidak mengenalku? Ini pasti salah. Efrilla pasti hanya pura-pura tidak mengenalku. Mungkin ia kesal karena insiden aku yang tidak mengangkat    teleponnya semalam. Ya, gadis itu hanya marah sehingga menghindariku.
            Seusai sekolah siang ini, aku bertekad akan meminta maaf pada Efrilla. Tapi, gadis itu ternyata sudah hilang entah kemana. Aku segera mencarinya yang akhirnya kutemui di persimpangan jalan menuju flat-nya.
            Aku bisa menyadari wajah tidak suka Efrilla saat aku mencegat langkahnya. Tanpa bisa kuduga, Efrilla langsung menyerangku dengan bentakkan yang sangat menyakitkan.
            “Sudah kubilang aku tidak mengenalmu. Aku sangat muak dengan orang asing yang sok kenal. Mulai sekarang jangan ganggu aku lagi atau kau akan menyesal karena menguntitku!”
            Setelah itu Efrilla menyeberang jalan, meninggalkanku yang terguncang oleh bentakannya. menyadarkanku bahwa Efrilla tidak berpura-pura.
***
Efrilla
Aku tahu apa yang kulakukan tadi sungguh keterlaluan, tapi aku tidak punya cara lain lagi agar Darrel selamat. Aku tidak ingin hidupnya berakhir seperti mimpi burukku yang selalu jadi kenyataan bila ia masih di dekatku.
            Air mataku jatuh saat menyeberangi jalan. Aku tak berniat menyusutnya. Kubiarkan air mata itu terus berguguran. Saat ini aku ingin menangis. Bukankah tangisan merupakan proyeksi untuk melepaskan rasa?
            Namun, tubuhku membeku saat mendengar decitan rem, disusul pekikan yang memekakkan telinga. Jantungku langsung memburu oleh ketakutan yang menyelubungiku tiba-tiba. Saat aku berbalik ke sumber keributan, ketakutan itu semakin menjadi-jadi.
            Di tengah jalan, di depan mobil boks yang berhenti secara tidak wajar, aku melihat sosok menggelepar dan bersimbah darah. Selanjutnya aku berteriak histeris dan berlari seperti orang gila ke sosok seperti sedang merenggang nyawa. Darrel.
            “K-kau mengingatku,” ucap Darrel susah payah saat aku memeluk dan memanggil namanya dengan histeris. Darrel tersenyum, membuatku makin merasa hancur. “K-kau mengingatku, E-Ef. Aku s-senang kau m-mengingatku.”
            Setelah mengucapkan itu tubuh Darrel menegang sesaat lalu terkulai tak berdaya. Aku tak lagi mendengar deru napasnya, tak lagi merasakan detak jantungnya. Mata tosca yang kusukai itu tertutup untuk selamanya. Darrel telah pergi. Dan, semua karena mimpiku. Karena berada di dekatku. Karena aku. Aku sudah membunuh Darrel. Aku seorang pembunuh!    
Kenyataan itu membuatku meratap memanggil-manggil nama Darrel seperti orang gila.  
***
            Efrilla terbangun tengah malam. Napasnya memburu. Lagi-lagi ia bermimpi tentang Darrel. Tentang kematian anak laki-laki itu. Ia menangis tersedu-sedu karena mimpi itu sekarang sudah jadi kenyataan. Darrel telah tiada. Dan, semua karena keabnormalan yang ia miliki.
            Keesokan paginya Efrilla berangkat ke sekolah dengan mata merah dan sembab. Saat ia memasuki gedung sekolah, murid-murid lain memperhatikannya lalu saling berbisik seperti mempergunjingkannya. Sekarang mereka pasti tahu bahwa Efrilla adalah gadis aneh yang membawa orang-orang terdekatnya menuju kematian.
            Efrilla tak berani menangkat wajahnya. ia berjalan dengan kepala menunduk. Orang-orang masih saja melihatnya lalu berdengung membicarakannya. Karena berjalan dengan kepala tertunduk Efrilla tanpa sengaja menabrak seseorang. Buku-buku yang dibawanya berjatuhan di lantai.
            Efrilla bermaksud ingin meminta maaf. Namun, saat melihat siapa yang ada di depannya, mulutnya terkunci. Ia tidak mampu bersuara. Sosok itu terus melihat Efrilla.
            Are you okay?” anak laki-laki itu bertanya khawatir.
            Efrilla linglung. Apakah sekarang ia sedang bermimpi lagi? Atau ini benar-benar nyata? oceh Efrilla dalam bahasa Indonesia. Ia sudah seperti orang gila yang tidak bisa lagi membedakan dimana ia berada sekarang. Mimpi dan nyata tak ada lagi pembedanya.
            Anak laki-laki itu masih berdiri di hadapannya, memandangnya dengan khawatir. Tiba-tiba Efrilla menangis antara bahagia dan ketakutan. Dan, hal terakhir yang diingatnya, anak laki-laki bermata tosca itu mengabur dari pandangannya.[]
* SELESAI *

Biodata Penulis

El Eyra, penulis asli kudus ini sempat berhenti berkarya sebelum akhirnya memutuskan mendalami sastra Jawa. Karya teranyarnya dimuat di majalah Story dan Kalawarti Penjabar.
Kamal Agusta, penulis asal Pekanbaru ini tidak pernah terpikir akan menjadi penulis karena semasa sekolah ia tidak menyukai pelajaran bahasa Indonesia, maupun Bahasa lainnya. Jadi, bila sekarang ia bercita-cita jadi penulis, semua adalah keajaiban. Kamal dapat dihubungi di @KAgusta dan 083186972428.
Kedua penulis dipertemukan oleh jejaring sosial yang diciptakan Mark Zuckerberg lewat sebuah grup kepenulisan. Samudera Hindia yang memisahkan kedua penulis ini ternyata tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk bersahabat dan berkolaborasi menulis cerpen.