Alhamdulillah … awal bulan maret lalu naskah saya
di-acc salah satu penerbit yang sudah menjadi inceran saya. Tentu saja saya
sangat senang. Namun, Mbak editor yang menghubungi saya itu meminta saya untuk
melakukan beberapa revisi. Terutama mengganti ending ceritanya.
Sejenak saya ragu. Merevisi naskah bukanlah hal yang
mudah. Bahkan bagi sebagian penulis beranggapan revisi itu lebih sulit daripada
menulis naskah yang baru. Dan, saya juga beranggapan seperti itu.
Namun, untung ada teman yang menyemangatiku. Beliau
berkata, “Kalau editor minta kamu untuk
revisi, kerjakan. Itu juga untuk kebaikan naskahmu agar jadi lebih baik!”.
Ucapan beliau berhasil membuat keraguan saya menghilang.
Lalu mulailah saya melakukan revisi. Beberapa kali saya
harus kembali melakukan riset untuk memperkaya isi naskah saya ini. Di
awal-awal saya menikmati revisi tersebut. Beberapa catatan yang diberikan
editor berhasil saya perbaiki. Namun, saat tiba di bagian ending—dimana inilah bagian terberat dari tugas revisi naskah saya
ini karena saya harus mengubahnya total—saya mengalami stuck ide. Setelah beberapa hari tidak dapat ide juga untuk mengubah
ending-nya menjadi seperti apa,
akhirnya saya memutuskan untuk sharing lagi
dengan Mbak editor. Beruntung Mbak editor mendengarkan keluhanku dengan baik.
Beliau juga memberikan beberapa solusi, salah satunya mengirimkan link sbuah website yang bisa saya kepoin. Semoga setelah saya kepoin akan ada ide untuk ending naskah ini. Dan, ternyata
berhasil.
Dua hari sebelum akhir bulan, saya mulai kembali
merevisi. 3 bab akhir naskah awal saya buang (sebenarnya saya sayang membuang 3
bab ini karena menulisnya dulu butuh waktu berhari-hari, tapi demi kebaikan
naskah yang saya harus merelakannya), lalu saya mulai menggantinya dengan ide
baru yang saya harap sesuai dengan yang dipinta Mbak editor. Dan, sebelum
pergantian bulan pe-er revisi saya pun selesai. Alhamdulillah. Lega rasanya.
Itulah sekilas cerita tentang kegiatan revisi yang
saya lakukan. Oh iya, saya juga memposting 3 bab yang terbuang tersebut. Bagi
yang penasaran dan kepengin baca, silahkan dinikmati. Semoga 3 bab yang
terbuang itu bisa sedikit menghiburmu.
Cekidoooot!
14
Berjuang
“…Tuhan sudah memberikanku
kesempatan ini. Dan, aku tidak akan menyia-nyiakannya.”
Dua
minggu sudah berlalu sejak hari Kathalina mendaftarkan diri untuk mengikuti
kontes Perang Designer. Selama itu pula intensitas pertemuan Kathalina dan
Daniele meningkat. Setiap hari mereka selalu janjian untuk bertemu. Baik di
pagi hari—kalau mereka sama-sama tidak mempunyai jadwal kuliah—maupun di sore
hari—saat mereka pulang kuliah. Tempat bertemunya pun bermacam-macam, di kafe,
di taman, di depan kampus Kathalina, ataupun di tempat lainnya. Dan, pertemuan
itu tentu saja untuk membahas kontes Perang Designer.
Ternyata
dalam kontes itu para peserta diminta untuk membuat sebuah gaun pengantin yang
memesona, cantik dan tentu saja elegan. Kathalina yang sudah beberapa kali
membuat gaun pengantin saat menjadi asisten Cassandra tentu saja bersemangat. Ditambah
lagi Cassandra juga pernah mengajarinya untuk membuat desain gaun pengantin
yang memesona. Kathalina merasa ia punya peluang untuk memenangkan kontes
Perang Designer itu.
Dan,
Daniele seperti janjinya akan turut membantu Kathalina. Ia sering menemani
Kathalina mendesain, dan meminjamkan beberapa buku milik Cassandra sebagai
referensi. Ia melakukan apa saja yang ia bisa untuk membantu gadis itu.
Waktu
berlalu begitu cepat seperti busur panah. Desain gaun pengantin Kathalinapun
sudah jadi. Sekarang ia tinggal membuatnya. Tapi, seketika Kathalina tersadar.
Untuk membuat gaun itu ia membutuhkan uang untuk membeli kain dan hal lainnya.
Namun, uangnya tidak cukup untuk membeli semua bahan itu. Semangat Kathalina
yang sempat membara, kini perlahan-lahan meredup.
“Kau
bisa menggunakan uangku,” kata Daniele saat tahu masalah yang membuat semangat
Kathalina meredup.
Kathalina
menatap Daniele tidak percaya.
“Cassandra
juga bilang padaku kalau kau butuh tempat untuk membuat gaunmu, kau bisa
menggunakan kantornya.”
“Tapi,
Cassandra, di—”
“Cassandra
sudah melupakan semuanya. Dia juga minta maaf karena terpaksa memecatmu. Dulu
Cassandra memang kecewa padamu, tapi sekarang sudah tidak.”
Air
mata jatuh di sudut mata Kathalina. Ia langsung menghambur ke pelukan Daniele.
Lalu, “Kau benar-benar malaikatku, Daniele.”
Daniele
sempat kaget dipeluk Kathalina tiba-tiba. Tapi, sesaat kemudian ia membalas
pelukan Kathalina.
Karena
mendapatkan bantuan dari Daniele dan Cassandra, Kathalina semangat kembali
membuat gaun pengantinya. Cassandra beberapa kali memberi Kathalina saran
pada gaun pengantinnya agar makin tampak
memesona dan elegan. Kathalina hanya membutuhkan waktu seminggu untuk
menyelesaikan gaunnya.
Saat
melihat gaun pengatin rancangannya Kathalina tidak bisa menyembunyikan rasa
haru dan bangganya. Ini adalah hasil rancangannya yang pertama. Dan, hasilnya pun luar biasa.
Kathalina
yakin ia bisa memenangkan kontes itu.
***
“Kau
siap, Kat?” tanya Daniele saat menelepon Kathalina. Bibirnya tersenyum lebar
saat gadis itu menjawabnya penuh semangat.
Hari
ini adalah hari dimana kontes Perang Designer itu akan diadakan. Daniele sudah
berjanji akan menjemput gadis itu dan menemaninya menuju lokasi tempat kontes
itu berlangsung. Ia ingin memberi gadis itu semangat.
Namun sebenarnya ada hal lebih penting yang membuat
Daniele ingin menemani gadis itu. Ini mengenai perasaannya. Ia tidak sanggup
lagi menahannya terlalu lama. Daniele ingin memberi tahu gadis itu bahwa ia
mencintainya. Sangat mencintainya. Dan, ia ingin mengungkapkannya setelah
kontes itu selesai.
Karena terlalu asyik berbicara dengan Kathalina
melalui telepon, Daniele tidak melihat kiri-kanan wanku menyeberang. Dan,
insiden itu terjadi begitu cepat. Tubuh Daniele tertabrak oleh mini bus.
Telepon di genggamnya terlepas, jatuh dan hancur terlindas ban mobil. Sementara
tubuh Daniele tergeletak di tengah jalan. Tidak sadarkan diri dan bersimbah
darah.
Di ujung telepon Kathalina membeku mendengar decitan
ban yang memekakkan telinga sebelum sambungan telepon terputus. Ia tahu ada
sesuatu yang buruk telah terjadi pada lelaki itu.
***
Di rumah sakit ternyata sudah ada Cassandra. Kathalina
langsung memeluk wanita itu. Wajah Cassandra basah oleh air mata, sama seperti
wajah Kathalina.
Dokter-dokter dan perawat berbaju putih lalu lalang di
depan mereka. Tampak sibuk menangani pasien. Aroma rumah sakit yang menyengat
dengan bau obat-obatan membuat suasana terasa tidak menyenangkan.
Daniele masih ditangani oleh dokter. Daniele mengalami
pendarahan di kepalanya yang cukup parah. Selama menunggu dokter keluar dari
ruang UGD, Cassandra menceritakan semuanya pada Kathalina. Tentang hubungannya
dengan Daniele dan juga tentang perasaan lelaki itu pada Kathalina. Semuanya
diceritakan Cassandra dengan suara terisak-isak.
“Jadi, Daniele itu anakmu?”
Cassandra mengangguk. “Dia yang dulu memintaku untuk
menjadikanmu asistenku. Semuanya Daniele lakukan karena dia mencintaimu,
Kathalina. Dia sangat mencintaimu. Semalam dia mengatakan padaku akan
mengungkapkan perasaannya setelah kontes itu berakhir. Tapi …” Cassandra tidak
sanggup lagi meneruskan ucapannya. Ia memeluk tubuh Kathalina yang seakan mati
rasa mendengar semua pengakuan itu.
Tiba-tiba Cassandra teringat sesuatu.
“Kat, kontes Perang Designer sebentar lagi di mulai.
Mengapa kau masih di sini?”
Kathalina menatap Cassandra, “Aku tidak mungkin
mengikuti kontes itu dalam kondisi seperti ini.”
Cassandra mengusap air matanya lalu menggenggam tangan
Kathalina. “Kau harus mengikutinya. Daniele sangat ingin kau memenangkan kontes
itu. Jangan buat Daniele kecewa kalau kau sampai tidak ikutan. Dia pasti akan
menyalahkan dirinya.”
“Tapi, Cassandra…”
Cassandra semakin erat menggenggam tangan Kathalina,
“Kau harus memenangkan kontes itu. Biar aku menunggu di sini. Aku akan
meneleponmu kalau terjadi sesuatu yang buruk.”
Kathalina menunduk.
“Pergilah, Kat. Jangan buat Daniele kecewa.”
Kathalina mengangguk. Ia harus memenangkan kontes itu
untuk Daniele. Untuk lelaki yang selama ini menjadi malaikatnya. Untuk lelaki
yang ia cintai.
15
Akhir Perjuangan
“…sebagai malaikatmu tugasku sudah berakhir. Kau sudah
meraih impianmu.”
Kathalina sampai di lokasi kontes Perang Designer
tepat waktu. Ia segera berkumpul dengan ratusan peserta lainnya. Dan, Kathalina
tidak kaget saat menemukan Andreana di antara peserta itu. Andreana menatapnya
sekejap lalu membuang muka.
Kontes dibuka oleh kata sambutan dari panitia
penyelenggaran. Setelah itu para peserta diminta untuk menuju manekin yang
telah diberi nomor sesuai nomor peserta dan mempertunjukkan gaun pengantin
hasil rancangan mereka.
Kathalina langsung memasangkan gaun pengantin hasil
rancangannya di manekin yang sesuai dengan nomornya. Gaun pengantin berwarna
merah muda dan putih itu terpasang dengan anggun di manekin tersebut. Bagian
dadanya yang diberi hiasan pita dan bagian bawah yang berbelah berbentuk
seperti sayap membuat gaun itu kian menarik. Gaun pengantin itu semakin
dipercantik dengan seuntai kalung berliontin merah delima.
Andreana yang bisa melihat gaun rancangan Kathalina
tidak bisa menyembunyikan rasa irinya. Gaun Kathalina sungguh lebih baik
daripada gaun pengantinnya yang berwarna brokenwhite
dengan hiasan bunga-bungan di bagian dada. Lagi-lagi gadis itu
mengunggulinya.
Para juri yang terdiri dari 5 orang Designer terkenal
mulai melakukan penilaian. Saat menilai mereka juga meminta para peserta
menjelaskan tentang gaun pengantin yang mereka buat. Penjurian memakan waktu
yang cukup lama.
Setelah penjurian selesai panitia kembali meminta para
peserta kembali ke ruang tempat mereka mereka berkumpul tadi. Para peserta
diberi kesempatan untuk menikmati jamuan selagi para dewan juri berunding untuk
menentukan pemenang kontes Perang Designer ini.
Kathalina memanfaatkan waktu luang itu untuk menelepon
Cassandra. Ia ingin mengetahui perkembangan kondisi Daniele. Saat Cassandra
mengatakan bahwa Daniele sudah sadarkan diri, Kathalina merasa dadanya yang
tadi serasa dihimpit batu besar merasa sangat lega. Ia mengatakan pada
Cassandra akan segera ke rumah sakit setelah kontes ini berakhir. Dan,
Cassandra mendoakan semoga Kathalina memenangkan kontes itu.
“Baiklah, pemenang kontes Perang Designer yang
memperlombakan rancangan gaun pengantin sudah berada di tangan saya,” ucap
seorang wanita berkacamata yang merupakan pembawa acara kontes ini.
“Tujuan kontes ini adalah mencari Designer muda dan berbakat yang akan diberi
beasiswa di salah satu sekolah fashion terbaik
di New York dan berkesempatan magang kerja di perusahaan fashion terkemuka.”
Pembawa acara tersebut menatap seluruh peserta yang
terlihat berdoa agar mereka yang menang. Pembawa acara itu tersenyum tipis lalu
kembali bersuara.
“Dan, pemenang kontes Perang Designer ini adalah
….”
***
“Daniele …,” panggil Kathalina saat masuk ke ruangan
tempat Daniele di rawat. Ia langsung mendekati ranjang dimana lelaki itu
berbaring lemah.
“Kat.” Suara Daniele terdengar lirih.
“Kathalina.” Kali ini Cassandra yang bersuara. Ia
memberi Kathalina tempat duduk.
“Dan, … aku …” Kathalina mengusap air matanya yang
jatuh, namun bibirnya tidak bisa menyembunyikan senyum bahagia. “Aku
memenangkan kontes itu. Aku memenangkannya.”
Daniele ikut tersenyum. “Aku yakin kau akan
memenangkannya.”
“Ini semua berkat bantuanmu dan Cassandra.”
Daniele menggeleng. “Semua karena kemampuanmu sendiri,
Kathalina.”
Kathalina meraih tangan Daniele lalu mengenggamnya.
“Kathalina, sebagai malaikatmu tugasku sudah berakhir.
Kau sudah meraih impianmu.”
Kathalina dan Cassandra terlihat bingung dengan apa
yang dikatakan Daniele. “Apa yang kau katakan, Daniele?”
“Tugasku sudah berakhir. Sekarang saatnya aku kembali
pada Tuhan yang telah mengutusku untuk membantumu.”
Kathalina dan Cassandra menangis. “Kau jangan berkata
seperti itu. Kau harus sembuh.”
Daniele menggeleng. “Waktuku sudah habis.”
Setelah mengucapkan hal itu, tiba-tiba tubuh Daniele
mengejang. Alat pemacu jantungnya menampilkan garis horizontal lurus. Kathalina
dan Cassandra segera memmeluk tubuh Daniele. Mereka memanggil-manggil lelaki
itu untuk bangun.
“Daniele, bangun. Jangan pergi. Aku masih ingin bersamamu.
Membalas semua kebaikanmu. Kau harus bangun, Daniele. Aku mencintaimu,” ucap
Kathalina sambil menggoyangkan tubuh Daniele.
Cassandra pun melakukan hal yang sama. Ia meminta
putranya itu untuk membuka mata. Namun, Daniele tetap terpejam. Ia telah pergi
dengan bibir menyunggingkan senyuman. Senyum bahagia karena ia berhasil membuat
gadis yang ia cintai meraih impiannya. Dan, ia bahagia karena gadis itu juga
mencintainya.
16
Masih Mencintaimu
“…aku masih mencintaimu dan sekarang aku kembali untukmu.”
Sedan
mewah berwarna silver itu berhenti di depan sebuah pemakaman. Pintu belakangnya
terbuka, lalu seorang wanita muda yang mengenakkan gaun panjang berwarna hitam
turun dari mobil tersebut.
Wanita
itu mendongak menatap langit kota Milan. Hari ini langit tampak kelabu karena
mulai memasuki musim gugur. Sudah tujuh tahun ia tidak menatap langit kota
Milan, dan sekarang ia kembali. Perasaannya masih sama. Ia masih menyukai kota
ini. Menyukai semua hal yang kota ini punya.
Pelan, ia mulai melangkah. Kakinya yang
panjang mulai menapaki rerumputan pemakanan. Setiap langkah, kenangan demi
kenangan mendesak masuk ke pikirannya. Seperti slide film, kenangan itu silih berganti terus berputar. Mulai dari
pertama kali ia menetap di kota ini untuk menggapai impiannya, hari-hari yang
ia lewati dengan penuh suka cita di tahun pertama, kemudian kesulitan di tahun
kedua yang hampir membuatnya mengubur impiannya. Tiba-tiba jantungnya berdetak
cepat saat kenangan tentang lelaki itu berkelebat di kepalanya. Lelaki yang
ingin ia temui di pemakaman ini.
Saat
wanita itu sampai di tempat tujuannya, wajah wanita itu sudah basah oleh air
mata.
“Aku
kembali,” suara wanita itu serak saat berbicara. “Aku kembali untuk menepati
janjiku. Aku kembali untuk memperlihatkan padamu kalau aku sudah berhasil
meraih semua mimpiku.”
Tangis
wanita itu pecah. Ia menutupi mulutnya, berusaha meredakan isak tangisnya.
“Ini
semua berkat bantuanmu. Seandainya dulu kau tak pernah menemukanku, mungkin aku
tidak akan ada di sini saat ini. Aku tidak akan menjadi seperti ini. Ini semua
karenamu.” Wanita itu menggigit bibirnya. “Aku … aku sangat berterima kasih
padamu.”
Wanita
itu menyusut air mata yang menderas di pipinya sebelum melanjutkan, “Sekarang
aku benar-benar kembali. Aku kembali untukmu. Aku kembali karena aku masih …
mencintaimu.”
Sempurna
sudah wanita itu menangis. Ia tidak bisa berkata-kata lagi. Karena apa yang
sebenarnya yang ingin ia katakan sudah ia ungkapkan.
Keheningan
itu melanda. Angin musim semi mulai
berhembus. Daun-daun pohon yang tumbuh di sekitar pemakaman berguguran.
Daun-daun itu sudah kering dan berwarna kuning kecoklatan.
Wanita
itu menatap lelakinya dengan tatapan yang mengandung berjuta kerinduan.
Lelakinya yang kini sudah tertidur dengan damai di tempat peristirahatan
terakhirnya. Wanita itu mengusap batu nisan itu penuh cinta.
Telah
Tidur Dalam Damai
Daniele Lucca.
Bagaimana pendapatmu dengan 3 bab yang terbuang itu?
Apakah bab-bab tersebut memang pantas untuk dibuang? Hehehe ….
Yasudah,
apapun pendapatmu saya hanya mau mengatakan bahwa saya sangat senang karena
kamu sudah mau mampir ke blog saya dan telah sudi membaca cerita dari saya ini.
Dan, kalau tidak keberatan, tinggalkanlah jejak kamu di sini (silahkan
berkomentar), agar saya bisa mengucapkan terima kasih padamu. ^_^
Pekanbaru, 07 April 2014. 10:51 pm.
No comments:
Post a Comment