Tuesday, 8 April 2014

Story About Revisi: Bab-Bab Yang Terbuang



Alhamdulillah … awal bulan maret lalu naskah saya di-acc salah satu penerbit yang sudah menjadi inceran saya. Tentu saja saya sangat senang. Namun, Mbak editor yang menghubungi saya itu meminta saya untuk melakukan beberapa revisi. Terutama mengganti ending ceritanya.
Sejenak saya ragu. Merevisi naskah bukanlah hal yang mudah. Bahkan bagi sebagian penulis beranggapan revisi itu lebih sulit daripada menulis naskah yang baru. Dan, saya juga beranggapan seperti itu.
Namun, untung ada teman yang menyemangatiku. Beliau berkata, “Kalau editor minta kamu untuk revisi, kerjakan. Itu juga untuk kebaikan naskahmu agar jadi lebih baik!”. Ucapan beliau berhasil membuat keraguan saya menghilang.
Lalu mulailah saya melakukan revisi. Beberapa kali saya harus kembali melakukan riset untuk memperkaya isi naskah saya ini. Di awal-awal saya menikmati revisi tersebut. Beberapa catatan yang diberikan editor berhasil saya perbaiki. Namun, saat tiba di bagian ending—dimana inilah bagian terberat dari tugas revisi naskah saya ini karena saya harus mengubahnya total—saya mengalami stuck ide. Setelah beberapa hari tidak dapat ide juga untuk mengubah ending-nya menjadi seperti apa, akhirnya saya memutuskan untuk sharing lagi dengan Mbak editor. Beruntung Mbak editor mendengarkan keluhanku dengan baik. Beliau juga memberikan beberapa solusi, salah satunya mengirimkan link sbuah website yang bisa saya kepoin. Semoga setelah saya kepoin akan ada ide untuk ending naskah ini. Dan, ternyata berhasil.
Dua hari sebelum akhir bulan, saya mulai kembali merevisi. 3 bab akhir naskah awal saya buang (sebenarnya saya sayang membuang 3 bab ini karena menulisnya dulu butuh waktu berhari-hari, tapi demi kebaikan naskah yang saya harus merelakannya), lalu saya mulai menggantinya dengan ide baru yang saya harap sesuai dengan yang dipinta Mbak editor. Dan, sebelum pergantian bulan pe-er revisi saya pun selesai. Alhamdulillah. Lega rasanya.
Itulah sekilas cerita tentang kegiatan revisi yang saya lakukan. Oh iya, saya juga memposting 3 bab yang terbuang tersebut. Bagi yang penasaran dan kepengin baca, silahkan dinikmati. Semoga 3 bab yang terbuang itu bisa sedikit menghiburmu.
Cekidoooot!



14
Berjuang

“…Tuhan sudah memberikanku kesempatan ini. Dan, aku tidak akan menyia-nyiakannya.”

            Dua minggu sudah berlalu sejak hari Kathalina mendaftarkan diri untuk mengikuti kontes Perang Designer. Selama itu pula intensitas pertemuan Kathalina dan Daniele meningkat. Setiap hari mereka selalu janjian untuk bertemu. Baik di pagi hari—kalau mereka sama-sama tidak mempunyai jadwal kuliah—maupun di sore hari—saat mereka pulang kuliah. Tempat bertemunya pun bermacam-macam, di kafe, di taman, di depan kampus Kathalina, ataupun di tempat lainnya. Dan, pertemuan itu tentu saja untuk membahas kontes Perang Designer.
            Ternyata dalam kontes itu para peserta diminta untuk membuat sebuah gaun pengantin yang memesona, cantik dan tentu saja elegan. Kathalina yang sudah beberapa kali membuat gaun pengantin saat menjadi asisten Cassandra tentu saja bersemangat. Ditambah lagi Cassandra juga pernah mengajarinya untuk membuat desain gaun pengantin yang memesona. Kathalina merasa ia punya peluang untuk memenangkan kontes Perang Designer itu.
            Dan, Daniele seperti janjinya akan turut membantu Kathalina. Ia sering menemani Kathalina mendesain, dan meminjamkan beberapa buku milik Cassandra sebagai referensi. Ia melakukan apa saja yang ia bisa untuk membantu gadis itu.
            Waktu berlalu begitu cepat seperti busur panah. Desain gaun pengantin Kathalinapun sudah jadi. Sekarang ia tinggal membuatnya. Tapi, seketika Kathalina tersadar. Untuk membuat gaun itu ia membutuhkan uang untuk membeli kain dan hal lainnya. Namun, uangnya tidak cukup untuk membeli semua bahan itu. Semangat Kathalina yang sempat membara, kini perlahan-lahan meredup.
            “Kau bisa menggunakan uangku,” kata Daniele saat tahu masalah yang membuat semangat Kathalina meredup.
            Kathalina menatap Daniele tidak percaya.
            “Cassandra juga bilang padaku kalau kau butuh tempat untuk membuat gaunmu, kau bisa menggunakan kantornya.”
            “Tapi, Cassandra, di—”
            “Cassandra sudah melupakan semuanya. Dia juga minta maaf karena terpaksa memecatmu. Dulu Cassandra memang kecewa padamu, tapi sekarang sudah tidak.”
            Air mata jatuh di sudut mata Kathalina. Ia langsung menghambur ke pelukan Daniele. Lalu, “Kau benar-benar malaikatku, Daniele.”
            Daniele sempat kaget dipeluk Kathalina tiba-tiba. Tapi, sesaat kemudian ia membalas pelukan Kathalina.
            Karena mendapatkan bantuan dari Daniele dan Cassandra, Kathalina semangat kembali membuat gaun pengantinya. Cassandra beberapa kali memberi Kathalina saran pada  gaun pengantinnya agar makin tampak memesona dan elegan. Kathalina hanya membutuhkan waktu seminggu untuk menyelesaikan gaunnya.
            Saat melihat gaun pengatin rancangannya Kathalina tidak bisa menyembunyikan rasa haru dan bangganya. Ini adalah hasil rancangannya yang pertama.  Dan, hasilnya pun luar biasa.
            Kathalina yakin ia bisa memenangkan kontes itu.
***
            “Kau siap, Kat?” tanya Daniele saat menelepon Kathalina. Bibirnya tersenyum lebar saat gadis itu menjawabnya penuh semangat.
            Hari ini adalah hari dimana kontes Perang Designer itu akan diadakan. Daniele sudah berjanji akan menjemput gadis itu dan menemaninya menuju lokasi tempat kontes itu berlangsung. Ia ingin memberi gadis itu semangat.
Namun sebenarnya ada hal lebih penting yang membuat Daniele ingin menemani gadis itu. Ini mengenai perasaannya. Ia tidak sanggup lagi menahannya terlalu lama. Daniele ingin memberi tahu gadis itu bahwa ia mencintainya. Sangat mencintainya. Dan, ia ingin mengungkapkannya setelah kontes itu selesai.
Karena terlalu asyik berbicara dengan Kathalina melalui telepon, Daniele tidak melihat kiri-kanan wanku menyeberang. Dan, insiden itu terjadi begitu cepat. Tubuh Daniele tertabrak oleh mini bus. Telepon di genggamnya terlepas, jatuh dan hancur terlindas ban mobil. Sementara tubuh Daniele tergeletak di tengah jalan. Tidak sadarkan diri dan bersimbah darah.
Di ujung telepon Kathalina membeku mendengar decitan ban yang memekakkan telinga sebelum sambungan telepon terputus. Ia tahu ada sesuatu yang buruk telah terjadi pada lelaki itu.
***
Di rumah sakit ternyata sudah ada Cassandra. Kathalina langsung memeluk wanita itu. Wajah Cassandra basah oleh air mata, sama seperti wajah Kathalina.
Dokter-dokter dan perawat berbaju putih lalu lalang di depan mereka. Tampak sibuk menangani pasien. Aroma rumah sakit yang menyengat dengan bau obat-obatan membuat suasana terasa tidak menyenangkan.
Daniele masih ditangani oleh dokter. Daniele mengalami pendarahan di kepalanya yang cukup parah. Selama menunggu dokter keluar dari ruang UGD, Cassandra menceritakan semuanya pada Kathalina. Tentang hubungannya dengan Daniele dan juga tentang perasaan lelaki itu pada Kathalina. Semuanya diceritakan Cassandra dengan suara terisak-isak.
“Jadi, Daniele itu anakmu?”
Cassandra mengangguk. “Dia yang dulu memintaku untuk menjadikanmu asistenku. Semuanya Daniele lakukan karena dia mencintaimu, Kathalina. Dia sangat mencintaimu. Semalam dia mengatakan padaku akan mengungkapkan perasaannya setelah kontes itu berakhir. Tapi …” Cassandra tidak sanggup lagi meneruskan ucapannya. Ia memeluk tubuh Kathalina yang seakan mati rasa mendengar semua pengakuan itu.
Tiba-tiba Cassandra teringat sesuatu.
“Kat, kontes Perang Designer sebentar lagi di mulai. Mengapa kau masih di sini?”
Kathalina menatap Cassandra, “Aku tidak mungkin mengikuti kontes itu dalam kondisi seperti ini.”
Cassandra mengusap air matanya lalu menggenggam tangan Kathalina. “Kau harus mengikutinya. Daniele sangat ingin kau memenangkan kontes itu. Jangan buat Daniele kecewa kalau kau sampai tidak ikutan. Dia pasti akan menyalahkan dirinya.”
“Tapi, Cassandra…”
Cassandra semakin erat menggenggam tangan Kathalina, “Kau harus memenangkan kontes itu. Biar aku menunggu di sini. Aku akan meneleponmu kalau terjadi sesuatu yang buruk.”
Kathalina menunduk.
“Pergilah, Kat. Jangan buat Daniele kecewa.”
Kathalina mengangguk. Ia harus memenangkan kontes itu untuk Daniele. Untuk lelaki yang selama ini menjadi malaikatnya. Untuk lelaki yang ia cintai.


15
Akhir Perjuangan
  
“…sebagai malaikatmu tugasku sudah berakhir. Kau sudah meraih impianmu.”

Kathalina sampai di lokasi kontes Perang Designer tepat waktu. Ia segera berkumpul dengan ratusan peserta lainnya. Dan, Kathalina tidak kaget saat menemukan Andreana di antara peserta itu. Andreana menatapnya sekejap lalu membuang muka.
Kontes dibuka oleh kata sambutan dari panitia penyelenggaran. Setelah itu para peserta diminta untuk menuju manekin yang telah diberi nomor sesuai nomor peserta dan mempertunjukkan gaun pengantin hasil rancangan mereka.
Kathalina langsung memasangkan gaun pengantin hasil rancangannya di manekin yang sesuai dengan nomornya. Gaun pengantin berwarna merah muda dan putih itu terpasang dengan anggun di manekin tersebut. Bagian dadanya yang diberi hiasan pita dan bagian bawah yang berbelah berbentuk seperti sayap membuat gaun itu kian menarik. Gaun pengantin itu semakin dipercantik dengan seuntai kalung berliontin merah delima.
Andreana yang bisa melihat gaun rancangan Kathalina tidak bisa menyembunyikan rasa irinya. Gaun Kathalina sungguh lebih baik daripada gaun pengantinnya yang berwarna brokenwhite dengan hiasan bunga-bungan di bagian dada. Lagi-lagi gadis itu mengunggulinya.
Para juri yang terdiri dari 5 orang Designer terkenal mulai melakukan penilaian. Saat menilai mereka juga meminta para peserta menjelaskan tentang gaun pengantin yang mereka buat. Penjurian memakan waktu yang cukup lama.
Setelah penjurian selesai panitia kembali meminta para peserta kembali ke ruang tempat mereka mereka berkumpul tadi. Para peserta diberi kesempatan untuk menikmati jamuan selagi para dewan juri berunding untuk menentukan pemenang kontes Perang Designer ini.
Kathalina memanfaatkan waktu luang itu untuk menelepon Cassandra. Ia ingin mengetahui perkembangan kondisi Daniele. Saat Cassandra mengatakan bahwa Daniele sudah sadarkan diri, Kathalina merasa dadanya yang tadi serasa dihimpit batu besar merasa sangat lega. Ia mengatakan pada Cassandra akan segera ke rumah sakit setelah kontes ini berakhir. Dan, Cassandra mendoakan semoga Kathalina memenangkan kontes itu.
“Baiklah, pemenang kontes Perang Designer yang memperlombakan rancangan gaun pengantin sudah berada di tangan saya,” ucap seorang wanita berkacamata yang merupakan pembawa acara kontes ini.
“Tujuan kontes ini adalah mencari Designer muda dan berbakat yang akan diberi beasiswa di salah satu sekolah fashion terbaik di New York dan berkesempatan magang kerja di perusahaan fashion terkemuka.”
Pembawa acara tersebut menatap seluruh peserta yang terlihat berdoa agar mereka yang menang. Pembawa acara itu tersenyum tipis lalu kembali bersuara.
 “Dan,  pemenang kontes Perang Designer ini adalah ….”
***
“Daniele …,” panggil Kathalina saat masuk ke ruangan tempat Daniele di rawat. Ia langsung mendekati ranjang dimana lelaki itu berbaring lemah.
“Kat.” Suara Daniele terdengar lirih.
“Kathalina.” Kali ini Cassandra yang bersuara. Ia memberi Kathalina tempat duduk.
“Dan, … aku …” Kathalina mengusap air matanya yang jatuh, namun bibirnya tidak bisa menyembunyikan senyum bahagia. “Aku memenangkan kontes itu. Aku memenangkannya.”
Daniele ikut tersenyum. “Aku yakin kau akan memenangkannya.”
“Ini semua berkat bantuanmu dan Cassandra.”
Daniele menggeleng. “Semua karena kemampuanmu sendiri, Kathalina.”
Kathalina meraih tangan Daniele lalu mengenggamnya.
“Kathalina, sebagai malaikatmu tugasku sudah berakhir. Kau sudah meraih impianmu.”
Kathalina dan Cassandra terlihat bingung dengan apa yang dikatakan Daniele. “Apa yang kau katakan, Daniele?”
“Tugasku sudah berakhir. Sekarang saatnya aku kembali pada Tuhan yang telah mengutusku untuk membantumu.”
Kathalina dan Cassandra menangis. “Kau jangan berkata seperti itu. Kau harus sembuh.”
Daniele menggeleng. “Waktuku sudah habis.”
Setelah mengucapkan hal itu, tiba-tiba tubuh Daniele mengejang. Alat pemacu jantungnya menampilkan garis horizontal lurus. Kathalina dan Cassandra segera memmeluk tubuh Daniele. Mereka memanggil-manggil lelaki itu untuk bangun.
“Daniele, bangun. Jangan pergi. Aku masih ingin bersamamu. Membalas semua kebaikanmu. Kau harus bangun, Daniele. Aku mencintaimu,” ucap Kathalina sambil menggoyangkan tubuh Daniele.
Cassandra pun melakukan hal yang sama. Ia meminta putranya itu untuk membuka mata. Namun, Daniele tetap terpejam. Ia telah pergi dengan bibir menyunggingkan senyuman. Senyum bahagia karena ia berhasil membuat gadis yang ia cintai meraih impiannya. Dan, ia bahagia karena gadis itu juga mencintainya.


16
Masih Mencintaimu

“…aku masih mencintaimu dan sekarang aku kembali untukmu.”


            Sedan mewah berwarna silver itu berhenti di depan sebuah pemakaman. Pintu belakangnya terbuka, lalu seorang wanita muda yang mengenakkan gaun panjang berwarna hitam turun dari mobil tersebut.
            Wanita itu mendongak menatap langit kota Milan. Hari ini langit tampak kelabu karena mulai memasuki musim gugur. Sudah tujuh tahun ia tidak menatap langit kota Milan, dan sekarang ia kembali. Perasaannya masih sama. Ia masih menyukai kota ini. Menyukai semua hal yang kota ini punya.
              Pelan, ia mulai melangkah. Kakinya yang panjang mulai menapaki rerumputan pemakanan. Setiap langkah, kenangan demi kenangan mendesak masuk ke pikirannya. Seperti slide film, kenangan itu silih berganti terus berputar. Mulai dari pertama kali ia menetap di kota ini untuk menggapai impiannya, hari-hari yang ia lewati dengan penuh suka cita di tahun pertama, kemudian kesulitan di tahun kedua yang hampir membuatnya mengubur impiannya. Tiba-tiba jantungnya berdetak cepat saat kenangan tentang lelaki itu berkelebat di kepalanya. Lelaki yang ingin ia temui di pemakaman ini.
            Saat wanita itu sampai di tempat tujuannya, wajah wanita itu sudah basah oleh air mata.
            “Aku kembali,” suara wanita itu serak saat berbicara. “Aku kembali untuk menepati janjiku. Aku kembali untuk memperlihatkan padamu kalau aku sudah berhasil meraih semua mimpiku.”
            Tangis wanita itu pecah. Ia menutupi mulutnya, berusaha meredakan isak tangisnya.
            “Ini semua berkat bantuanmu. Seandainya dulu kau tak pernah menemukanku, mungkin aku tidak akan ada di sini saat ini. Aku tidak akan menjadi seperti ini. Ini semua karenamu.” Wanita itu menggigit bibirnya. “Aku … aku sangat berterima kasih padamu.”
            Wanita itu menyusut air mata yang menderas di pipinya sebelum melanjutkan, “Sekarang aku benar-benar kembali. Aku kembali untukmu. Aku kembali karena aku masih … mencintaimu.”
            Sempurna sudah wanita itu menangis. Ia tidak bisa berkata-kata lagi. Karena apa yang sebenarnya yang ingin ia katakan sudah ia ungkapkan.
            Keheningan itu melanda. Angin  musim semi mulai berhembus. Daun-daun pohon yang tumbuh di sekitar pemakaman berguguran. Daun-daun itu sudah kering dan berwarna kuning kecoklatan.
            Wanita itu menatap lelakinya dengan tatapan yang mengandung berjuta kerinduan. Lelakinya yang kini sudah tertidur dengan damai di tempat peristirahatan terakhirnya. Wanita itu mengusap batu nisan itu penuh cinta.

Telah Tidur Dalam Damai
Daniele Lucca.



Bagaimana pendapatmu dengan 3 bab yang terbuang itu? Apakah bab-bab tersebut memang pantas untuk dibuang? Hehehe ….
            Yasudah, apapun pendapatmu saya hanya mau mengatakan bahwa saya sangat senang karena kamu sudah mau mampir ke blog saya dan telah sudi membaca cerita dari saya ini. Dan, kalau tidak keberatan, tinggalkanlah jejak kamu di sini (silahkan berkomentar), agar saya bisa mengucapkan terima kasih padamu.  ^_^

Pekanbaru, 07 April 2014. 10:51 pm.

@KAgusta

No comments:

Post a Comment