“…mulailah menulis dari
hal-hal yang kausukai dan kauimpikan.”
Kali
ini saya ingin bercerita sedikit tentang bagaimana proses menulis yang saya
lakukan selama ini. Saya berharap sepenggal cerita dari saya ini bisa
memberikan sedikit inspirasi dan membantu kamu dalam proses menulis.
Begini ceritanya. Dulu pernah ada
yang bertanya pada saya melalui inbox
seperti ini:
“Mal, novel itukan tebal. Nulisnya harus ratusan
halaman. Emangnya hal apa aja yang kamu ceritakan di novel yang kamu tulis itu,
sih?”
Saya
pun menjawabnya begini:
“Aku menceritakan apa yang sering kulakukan, kusukai
dan aku impikan.”
Ya, memang seperti itulah. Selama ini saya selalu
menuliskan hal-hal yang saya sukai dan impikan di dalam novel saya. Makanya meskipun
ratusan halaman, saya sangat menikmati proses penggarapan novel yang saya tulis
tersebut. Karena lewat novel itu saya berbagi hala-hal yang saya sukai dan
mewujudkan beberapa impian-impian yang belum bisa saya wujudkan dalam kehidupan
saya.
Di
dunia ini banyak hal yang begitu saya sukai. Di antaranya; melihat hujan,
memandang langit, menatap bintang, kopi, coklat, ice cream, lagu-lagu romantis, pantai, laut, musim gugur, novel, suara petikan gitar dan lain
sebagainya. Dari semua hlal yang saya sukai itu yang sering saya lakukan adalah
menatap langit. Bagi saya langit itu sesuatu sekali. Sumber inspirasi. Tempat
saya merenung. Tempat saya berbagi cerita dalam diam. Dan, hal itulah yang saya
tuliskan dalam novel-novel saya. Saya menciptakan tokoh-tokoh yang juga suka memandang langit dalam suasana dan
kondisi yang berbeda (agar setiap novel adegannya jadi berbeda-beda).
Berikut
adegan-adegan memandang langit yang saya tulis untuk 6 novel saya:
Di
novel After a Long Time, saya menuliskan Arre dan Aluna suka duduk di
lapangan berumput untuk menatap langit malam yang penuh bintang. Saat menemukan
bintang jatuh, Aluna akan memejamkan mata melakukan permohonan. Sementara Arre akan menatap wajah Aluna yang khusyuk
melakukan permohonan.
Lain
lagi di novel Memilikimu. Di novel
ini saya selalu menuliskan adegan dimana Viola dan Ryoru suka menghabiskan
waktu istirahat mereka di atas gedung sekolah. Di sana mereka akan menatap
langit yang penuh awan dan menikmati hembusan angin yang menenangkan perasaan.
Sedangkan
di novel Natuna: Missing You, saya menuliskan adegan Alvin yang selalu menatap
langit yang berada di atas laut dari jendela kamarnya saat merindukan orang
yang ia cintai. Setelah itu ia akan mengambil buku sketch-nya dan mulai menggambar.
Beda
lagi di novel Cinta Tak Kenal Logika. Saya suka menuliskan adegan Seisa dan Rafky
yang selalu berbaring di atas trampolin untuk menatap langit malam. Dalam diam mereka berbagi earphone untuk mendengarkan lagu-lagu romantis yang akan mengisi
kesenyapan.
Sementara
di novel Lovely Ghost, saya menuliskan adegan Kevin yang menatap langit
di sebuah padang rumput, jauh dari keramaian. Saat itu Kevin akan merenung dan
bercerita tentang perasaan yang selama ini dia simpan rapat-rapat: perasaan
sukanya pada sahabatnya.
Terakhir
di novel Dreaming, saya menuliskan adegan Kathalina yang suka menatap
langit kota Milan. Terutama langit Milan yang kelabu di musim gugur.
Selain
menuliskan hal yang saya sukai dan sering dilakukan, saya juga menuliskan
hal-hal yang saya impikan. Di antaranya, mempunyai trampolin (saya
menuliskannya di novel Cinta Tak Kenal
Logika), bisa main gitar (saya menuliskannya di novel After a Long Time),
jalan-jalan ke kota Milan (saya menuliskannya di novel Dreaming), tinggal di tepi
Pantai (saya menuliskannya di novel Natuna:
Missing You), dan lain
sebagainya. Dengan menuliskannya, saya jadi percaya bahwa suatu saat saya pasti
bisa mewujudkan jadi kenyataan semua hal yang saya impikan tersebut.
Jadi, seperti itulah proses menulis saya selama ini.
Saya selalu memasukkan hal-hal yang saya sukai, hal-hal sering saya lakukan,
dan hal yang saya impikan dalam novel-novel saya tersebut. Tentu saja hal-hal itu saya
sesuaikan dengan ide dasar, situasi dan kondisi dari ceritanya. Misalnya, di
bagian itu si tokoh sedang sedih, nah cobalah tulis di bagian itu si tokoh
melakukan hal-hal yang sering kamu lakukan di saat kamu sedih. Dengan begitu,
menulis ratusan halaman rasanya tidak lagi menjadi hal yang sulit, tetapi
menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Sekarang
tunggu apa lagi, segeralah susun daftar hal-hal yang kamu suka, hal-hal yang
sering kamu lakukan, dan hal-hal yang kamu impikan. Lalu pilihlah hal-hal mana
yang cocok untuk dikombinasikan dengan ide dasar di novel yang sedang kamu garap
itu. Setelah itu tulislah segera, dan
rasakan sensasi nikmatnya. Saya yakin, kamu tidak akan lagi kehabisan ide saat
di tengah cerita ketika menulis karena kamu sekarang sudah mempunyai daftar
hal-hal yang bisa menjadi sumber ide kalian. Selain itu, kamu juga akan semakin
bersemangat dan bersenang-senang saat menulisnya, karena hal yang kamu tulis
itu adalah hal yang kamu sukai dan impikan.
Sekian
cerita tentang sedikit proses menulis yang saya lakukan. Semoga sedikit cerita
itu bisa bermanfaat dan membantu kamu yang mengalami kesulitan dalam proses
menulis. Dan, sampai jumpa lagi pada berbagi cerita saya tentang proses menulis
pada postingan selanjutnya.
Terakhir,
saya hanya ingin mengucapkan terima kasih. Teruslah menulis karena dengan
menulis kamu akan selalu ada! ^_^
Pekanbaru, 06
April 2014, 23:17 WIB
Kamal
Agusta (@KAgusta)
No comments:
Post a Comment