Judul :
Simfoni Cinta
Penulis :
Khairani
Penerbit :
Rumah Oranye
Tahun Terbit :
Cetakan pertama 2013
ISBN :
978-602-1588-36-9
Tebal :
296 halaman
Harga :
Rp 45.000,-
Cuplikan
cerita:
Aluna Qhayra Alyandra—atau sering dipanggil
Qayra—pernah mengalami kecelakaan. Kecelakaan itu membuatnya kehilangan
beberapa memori kenangannya. Sejak itu, Qayra sering mendengarkan suara
nyanyian seseorang dan memimpikan seorang anak laki-laki yang tidak dikenalnya.
Tapi, ia tahu bahwa anak laki-laki itu penting baginya. Jadi, Qayra terus
mencoba mencari dan mengingat siapa anak laki-laki yang menyanyikan simfoni
itu.
Sekarang
Qayra sudah remaja. Ia mempunyai dua sahabat yang unik. Eltisha dan Zhievana.
Kedua sahabatnya itu pengagum cowok-cowok keren dan tampan. Semua cowok keren
yang mereka temui akan mereka sebut sebagai tipe cowok idaman yang mereka
inginkan. Meskipun aneh, Qayra sangat senang mempunyai dua sahabat seperti
Eltisha dan Zhievana. Dan, kali ini cowok yang jadi inceran Elt adalah Erick,
sementara Zhie mengincer Dylan, seniornya yang kapten tim basket.
Ada
Fremely Permana. Siswa baru di kelas Qayra yang ternyata adalah teman Qayra
sejak TK, SD, sampai SMP. Qayra tidak suka dengan Frem karena dulu cowok
tersebut suka usil dan menjailinya. Namun, Qayra tidak tahu bahwa sebenarnya
apa yang dilakukan Frem adalah upaya untuk selalu dekat dengan Qayra. Ya, Frem
menyukai Qayra.
Frem
menyadari ada yang berubah terhadap Qayra. Ia merasa Qayra sekarang lebih
pendiam dan tidak pernah merespon kejailannya. Hal itu membuat Frem ingin
mencari tahu penyebab Qayra berubah. Ternyata Qayra berubah karena Denish,
pacarnya yang pergi meninggalkannya. Sejak kepergian Denish Qayra selalu
menutup hatinya. Ia tidak ingin jatuh cinta lagi. Qayra tidak ingin disakiti
lagi.
Namun, Frem akhirnya berhasil membuat Qayra
meresponnya lagi. Apalagi saat mereka tergabung dalam satu kelompok tugas
Biologi. Mereka mulai semakin dekat, meski kadang Qayra jutek saat Frem
menjailinya.
Denish
kembali. Qayra ternyata tidak bisa menolak kehadiran Denish. Ternyata sekuat
apapun ia melupakan, ia tetap saja memikirkan Denish. Qayra melupakan janjinya.
Dan, kembali membuka hati.
Kehidupan
Qayra pun berlanjut layaknya kisah remaja lainnya. Keisengan Frem, perhatian
Denish, dan kebersamaan bersama Elt dan Zhie membuat hidupnya lebih baik.
Pertemuan lewat tatapan mata dengan Dylan—Ya, mereka hanya saling menatap—juga
mewarnai hari Qayra. Namun, kehidupan normal itu hanya bertahan sesaat. Semua
kembali memburuk saat Qayra mengetahui rahasia yang selama ini ditutupi
darinya: Frem dan Denish bersaudara, Frem mencintainya, Denish mengidap
penyakit mematikan, dan Arca—kakak Qayra—ternyata mengetahui siapa anak laki-laki
yang selama ini hadir di mimpi Qayra, tapi membiarkannya terus mencari.
Review:
Sebelum masuk ke-review saya terhadap novel ini, saya
mau mengucapkan terima kasih dulu kepada penulis yang menghadiahkan novelnya
ini pada saya. Jujur, ini adalah koleksi pertama saya untuk novel terbitan
Rumah Oranye. Dan, saya makin senang saat menemukan sepucuk surat cinta yang
diselipkan penulis di lembar pertama. Aih … membacanya membuat saya melayang
*sedikit lebay*
Baiklah
mungkin kalian tidak ingin mendengar banyak ocehan dari saya. Dan ini review
dari saya.
1.
Dari
segi cover, saya suka. Warna kuning yang jadi background-nya terlihat sangat manis dan eye catching. Belum lagi tagline-nya
“Jika orang-orang menginginkan akhir yang bahagia, kami justru berharap bahwa
kisah kami ini adalah awal dari kebahagian-kebahagian selanjutnya.” membuat
saya tidak sabar ingin menikmati kisah di dalamnya. Namun, keberadaan gambar
piano itu rasanya tidak pas. Karena di dalam cerita tidak ada satu kata ‘piano’
pun. Seandainya diganti dengan gitar, kurasa lebih nyambung.
2.
Prolog
yang bagi saya keren! Namun, memasuki cerita saya jadi agak tercengang. Kenapa
POV-nya jadi berubah ke orang ketiga? Padahal POV orang pertama pada prolog itu
bagus. Aih, seandainya penulis tetap mempertahankan POV orang pertama, pasti
saya akan lebih menjiwai saat membacanya.
3.
Nama-nama
tokohnya unik, tapi tidak Indonesia. Kadang belibet nyebutnya. Seperti, Elthisa
yang dipanggil Elt. J
4.
Gaya
ceritanya sangat meremaja. Terkadang terselip diksi dan beberapa analogi yang
menjadi pemanis. Pas, enggak kebanyakan hingga buat saya mual. Dan, itu saya
suka. Namun, saya sempat berhenti saat menemukan beberapa kalimat yang menurut
saya rancu. *maafkan saya, karena saya lupa kalimatnya dimana* *belum sempat
baca ulang*
5.
Typo
masih ada. Tidak banyak. Namun, bagi saya yang berzodiak Virgo *apa hubungannya
coba?* selalu menginginkan sesuatu yang perfect.
Sempurna! *padahal saya kalau nulis juga kebanyakan typo-nya, hehehe*
6.
Dan,
ini yang bikin saya pengin menggigit *maaf, jangan diartikan secara harfiah*.
Endingnya sedikit membuat saya kecewa, meski sangat nge-twist. Saya masih tidak terima kalau ternyata anak laki-laki yang
selama ini Qayra cari adalah Si Patung Yunani bermata elang itu. Saya tidak
terima karena porsi dia dalam cerita ini sedikit sekali. Saya lebih berharap
anak laki-laki itu si vokalis band atau cowok dari sekolah lain yang menjadi
inspirasi si vokalis band terjun ke musik. Dan, yang bikin saya makin gemas
*saking gemasnya sampai pengin jitak penulisnya* mengapa Qayra begitu mudahnya
memaafkan si anak laki-laki (seharusnya dia marah dong sebab si anak laki-laki
selama ini berada di dekat Qayra diam saja padahal Qayra terus mencarinya) dan
menerima cinta si anak laki-laki, padahal dia baru saja …. ah mending baca
sendiri deh novelnya. Saya benar-benar gemas dengan ending-nya sampai ingin gigit penulisnya *bercanda, ding!*
Oke, cukup
sekian review saya. Meski saya gemas
sama eksekusi akhirnya, namun secara keseluruhan saya cukup menikmati novel ini
(apalagi ini novel debut penulisnya, lho!). Terbukti, saya bisa melahap novel
setebal 296 halaman ini hanya dalam waktu lebih kurang 4 jam. Memang tak pernah ada karya yang terlahir
sempurna, jadi saya memaafkan akhir cerita dalam kisah ini *lihat, saya baik
hati kan?*. Dan, saya akan menunggu novel terbaru dari si penulis *dapat gratis
lagi, ya! (langsung ditimpuk penulis pake tabung gas)* dan berharap endingnya memuaskan saya, tidak bikin gemas seperti ini.
Hehehe …. ^_^
ciyeeee kamal pengin gigit penulisnya pasti gigit makai cinta. eh? wkwkwkwk #ngikik.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteEmang coklat pake digigit? hhhha
ReplyDelete