"... di dunia ini ada satu hal yang kutakutkan selain kematian, yaitu mengucapkan selamat tinggal."
Senja kembali menyapa kita dengan magisnya. Semburat kekuningemasan
menyapu seluruh langit hingga ke batas cakrawala. Terlihat memesona.
Terlalu indah untuk kita abaikan begitu saja.
Namun sayangnya, keindahan senja kali ini tak bisa menahan lajunya waktu. Detik demi detik merangkak menuju menit. Lalu menit pun terakumulasi menjadi jam. Hingga matahari terlihat separuh di ufuk barat. Dan, yang kutakutkan pun akan segera dimulai.
"Senja masih saja indah. Tak pernah berubah."
Aku mengigit bibir bawahku mendengarmu. Gemuruh itu mulai merangkak naik ke hati, menciptakan sesak yang mengusik.
"Aku pasti akan merindukan senja seperti ini. Senja bersamamu."
Denting air mataku pun jatuh. Tak tertahankan lagi. Dengan suara bergetar aku bertanya untuk menuntut penjelasan, "Mengapa?"
Kau meninggalkan langit senja dari tatapanmu, lalu menoleh padaku. Mata kita bertemu. Dan, detik itu juga aku melihat ada luka di matamu. Yang mungkin sama dengan luka yang tersirat dari bola mataku.
"Karena masa kebersamaan kita sudah berakhir."
"Tidak bisakah kau tetap tinggal?" pintaku--lebih tepatnya tuntutku.
Kau menggeleng lemah. Lalu jemarimu menyentuh kepalaku. Menyisir helai-helai rambutku begitu lembut. Teramat lembut.
"Seandainya bisa, aku pasti memilih itu."
Air mataku makin menderas. Dan, aku pun tak ingin menahannya untuk berhenti berjatuhan. "Aku tak ingin kehilanganmu. Berpisah denganmu. Tanpamu aku tak akan mampu menjalani kehidupan ini."
Kau merengkuh tubuhku. Menenggelamkan wajah basahku ke dadamu. Lalu dagumu menyentuh puncak kepalaku. Dan, kurasakan ada yang menitik ke kulit kepalaku. Apakah itu hujan? Atau itu adalah air matamu?
"Sebelum senja ini berakhir kuberitahu satu rahasia padamu.Kau harus tahu, di dunia ini ada satu hal yang kutakutkan selain kematian, yaitu ... mengucapkan selamat tinggal. Terlebih itu padamu."
Matahari sempurna lenyap dari langit. Mengucapkan perpisahan dengan senja. Dan, perlahan pelukanmu melemah, lalu terlepas dari tubuhku. Aku mengangkat kepala. Lidahku menjadi kelu, tak bisa berkata-kata lagi saat melihat tubuhmu menjauh.
"Selamat ... tinggal."
Dan, kitapun berpisah karena akhirnya kauucapkan salam perpisahan itu.
Namun sayangnya, keindahan senja kali ini tak bisa menahan lajunya waktu. Detik demi detik merangkak menuju menit. Lalu menit pun terakumulasi menjadi jam. Hingga matahari terlihat separuh di ufuk barat. Dan, yang kutakutkan pun akan segera dimulai.
"Senja masih saja indah. Tak pernah berubah."
Aku mengigit bibir bawahku mendengarmu. Gemuruh itu mulai merangkak naik ke hati, menciptakan sesak yang mengusik.
"Aku pasti akan merindukan senja seperti ini. Senja bersamamu."
Denting air mataku pun jatuh. Tak tertahankan lagi. Dengan suara bergetar aku bertanya untuk menuntut penjelasan, "Mengapa?"
Kau meninggalkan langit senja dari tatapanmu, lalu menoleh padaku. Mata kita bertemu. Dan, detik itu juga aku melihat ada luka di matamu. Yang mungkin sama dengan luka yang tersirat dari bola mataku.
"Karena masa kebersamaan kita sudah berakhir."
"Tidak bisakah kau tetap tinggal?" pintaku--lebih tepatnya tuntutku.
Kau menggeleng lemah. Lalu jemarimu menyentuh kepalaku. Menyisir helai-helai rambutku begitu lembut. Teramat lembut.
"Seandainya bisa, aku pasti memilih itu."
Air mataku makin menderas. Dan, aku pun tak ingin menahannya untuk berhenti berjatuhan. "Aku tak ingin kehilanganmu. Berpisah denganmu. Tanpamu aku tak akan mampu menjalani kehidupan ini."
Kau merengkuh tubuhku. Menenggelamkan wajah basahku ke dadamu. Lalu dagumu menyentuh puncak kepalaku. Dan, kurasakan ada yang menitik ke kulit kepalaku. Apakah itu hujan? Atau itu adalah air matamu?
"Sebelum senja ini berakhir kuberitahu satu rahasia padamu.Kau harus tahu, di dunia ini ada satu hal yang kutakutkan selain kematian, yaitu ... mengucapkan selamat tinggal. Terlebih itu padamu."
Matahari sempurna lenyap dari langit. Mengucapkan perpisahan dengan senja. Dan, perlahan pelukanmu melemah, lalu terlepas dari tubuhku. Aku mengangkat kepala. Lidahku menjadi kelu, tak bisa berkata-kata lagi saat melihat tubuhmu menjauh.
"Selamat ... tinggal."
Dan, kitapun berpisah karena akhirnya kauucapkan salam perpisahan itu.
Pekanbaru, 9 Februari 2014. 00:14.
(Terinspirasi dari lagu Terlalu Indah - The Rain)
(Terinspirasi dari lagu Terlalu Indah - The Rain)
ps: gambar diambil dari google.
No comments:
Post a Comment