Wednesday, 13 November 2013

Short Story: Spring In JInhae





(Ilustrasi oleh Erry Juhana)





Minhae1, Min Ho-ssi, aku terlambat,” ucap Hana sambil membungkuk. Napasnya terengah-engah karena habis berlari.
Namja2 berpostur tinggi yang sedang menyusun bunga-bunga anemone itu terkejut “Oh, kau, Hana-ssi.” Saat menyadari yeoja3 dihadapannya seperti kehabisan napas, Min Ho segera menghampiri. “Kau baik-baik saja, Hana-ssi?”
Yeoja bertubuh mungil itu mengangguk. “Aku hanya kecapaian habis berlari, Min Ho-ssi.”
Min Ho mengamati Hana lalu tersenyum. “Sekarang ganti seragammu. Setelah itu bantu aku menyusun bunga-bunga ini.”
Setelah mengangguk pada Min Ho, Hana segera menuju ruang ganti pegawai. Hana mengganti seragam sekolahnya dengan seragam kerja. Beberapa menit kemudian Hana sudah bergabung dan membantu Min Ho.
Min Ho meletakkan anemone terakhir, lalu tersenyum melihat bunga-bunga cantik di hadapannya. Setelah itu, dia duduk di bangku panjang kayu di sudut ruangan yang disiapkan sebagai tempat untuk beristirahat. Hana ikut duduk di sebelah Min Ho.
 “Tidak terasa besok sudah memasuki bulan April.” Min Ho menoleh pada Hana. “Jinhae pasti akan dipenuhi cherry blossom kan, Hana-ssi?”
Hana melihat pohon-pohon cherry blossom yang tumbuh di sepanjang jalan. Putik-putik berwarna putih sudah mulai bermunculan. Beberapa hari lagi, putik itu pasti akan mekar, dan menjadi cherry blossom yang cantik. Kota Jinhae akan menjadi  hamparan kota putih indah dengan pemandangan menakjubkan saat cherry blossom berguguran dan memenuhi segala sudut kota.
“Hana-ssi …” panggil Min Ho. Tapi, yeoja  itu tidak mendengarkan.
Kota Jinhae adalah tempat terbaik untuk menikmati keindahan musim semi di Korea. Apalagi dengan diadakannya festival tahunan musim semi, Jinhae Gunhangje Festival4, Jinhae pasti akan dipenuhi oleh para turis. Baik turis mancanegara, maupun dosmetik. Hana sudah tidak sabar menunggu datangnya musim semi untuk memandang keindahan cherry blossom. Hana selalu menyukai musim semi, musim dimana bunga-bunga bermekaran indah.
“Hana-ssi, kau mendengarkanku?” panggil Min Ho sekali lagi. Saat menyadari wajah tampan Min Ho di depannya, Hana langsung memalingkan wajahnya. Semburat merah merambat di pipi putihnya. Dia jadi salah tingkah karena kedapatan sedang melamun. Hana memainkan kuku jarinya untuk meredakan gelayar aneh di dadanya. Min Ho tersenyum melihat tingkah yeoja itu.
Seorang wanita tua gemuk masuk ke dalam toko. Min Ho segera bangkit, dan menyambut pembeli dengan senyum ramahnya. Hana memperhatikan Min Ho yang sedang melayani pembeli. Hana selalu suka melihat atasannya itu berbicara dan tersenyum saat melayani pembeli. Beberapa saat kemudian, Min Ho menghampiri Hana.
“Hana-ssi, tolong ambilkan bunga krisan untuk bibi itu. Aku ada janji dengan Hye Ri.”
Selalu yeoja itu! sungut Hana dalam hati.  
“Oh iya, Hana-sii, jangan lupa tersenyum di depan pembeli,” bisik Min Ho sambil menyelipkan setangkai ranunculus di tangan Hana. Hana terpaku  memandang bunga pemberian Min Ho. Saat dia mengangkat kepala namja itu ternyata sudah menghilang.
Rununculus lagi? Apa ini berarti Min Ho? Tidak mungkin. Min Ho kan sukanya pada Hye Rin.
***
            Kang Min Ho adalah putra bungsu pemilik Daisy Florist. Wajahnya tampan, dan berpostur tinggi tegap. Suka tersenyum dan ramah terhadap semua orang. Tatapan matanya tajam bak mata elang. Tapi, bisa berubah teduh laksana telaga. Tenang dan Mendebarkan. Dan, Kim Hana diam-diam menyukai atasannya itu.
            Hana pertama kali bertemu Min Ho di sekolah saat ajaran baru. Hana yang termasuk sebagai siswa baru, langsung jatuh hati pada Min Ho, yang ternyata seniornya di sekolah. Sejak itu, Hana selalu mencari cara untuk mendekati Min Ho. Saat tahu Min Ho bekerja di toko bunga milik keluarganya, Hana melamar untuk bekerja di toko bunga milik keluarga Min Ho. Dan, saat diterima, Hana sangat bahagia. Peluangnya untuk mendekati namja tampan itu semakin besar. Namun, semuanya tidak sesuai yang diharapkan Hana. Ini semua karena Shin Hye Ri. Yeoja cantik yang disukai Min Ho.
            Ugh … baru saja Hana memikirkan Hye Ri. Dan, sekarang yeoja cantik itu sudah berdiri di depannya. Dan, sekarang pasti Hye Ri ingin bertemu Min Ho.
Minhae, Hana-ssi, apakah Min Ho ada di sini?” tanya Hye Ri.
Hana mengangguk dengan ekspresi wajah tidak terbaca. “Min Ho di ruanh istirahatnya. Silakan saja masuk,” balasnya dingin.
 Ghamsahamnida5,” ucap Hye Ri sambil berlalu menuju tempat Min Ho. Lagi-lagi Hana hanya mengangguk, tanpa senyum.
Wajah Hana mendung. Tergurat jelas kekesalan dan kekecewaan di sana. Hatinya panas terbakar api cemburu. Apalagi saat memikirkan Min Ho sedang berduaan di ruangan tertutup bersama Hye Ri. Terbesit di pikiran Hana untuk mengintip agar tahu apa yang mereka lakukan di ruangan itu. Tapi, dia merasa ragu. Hana takut jika nanti dia melihat sesuatu yang paling tidak  ingin dilihatnya. Seperti, Min Ho dan Hye Ri berciuman.
Hana mengambil ipod miliknya, lalu memasangkan earphone di telinga. Di putarnya lagu Please Don’t milik K. Will, lagu yang sesuai dengan perasaannya saat ini. Beberapa detik kemudian Hana mulai hanyut dalam suara K. Will yang lembut. Tatapannya jatuh pada pohon cherry blossom yang mulai bermekaran di sepanjang jalan Jinhae.
Setengah jam kemudian Min Ho dan Hye Ri keluar. Keduanya terlihat begitu bahagia. Hana ingin menangis saat melihat sebuket mawar merah di tangan Hye Ri. Sebelum pergi Hye Ri sempat mencium pipi Min Ho di depan Hana. Hana semakin yakin kalau Min Ho sudah memilih yeoja cantik itu.
“Kau baik-baik saja, Hana-ssi?” tanya Min Ho cemas saat melihat wajah pucat Hana setelah Hye Ri pergi. Hana mengangkat wajah, lalu mencoba untuk tersenyum. “ Min Ho-ssi, aku permisi ke belakang dulu.”
Di ruang ganti, Hana tak mampu membendung tangisnya. Air matanya jatuh satu-satu, membasahi pipi. Tubuh Hana bergetar hebat. Setelah lelah untuk menangis, Hana kembali ke depan untuk bekerja. Untung Min Ho sudah kembali ke ruangannya, sehingga Hana tidak perlu menyembunyikan matanya yang sembab. Tiba-tiba Hana melihat setangkai bunga dan sepucuk surat yang diletakkan di mejanya. Hana membaca surat yang ternyata ditujukan untuknya itu.
Semoga setangkai bunga indah ini bisa mengembalikan senyummu, Hana-ssi. Aku tidak suka melihatmu menangis.
Kang Min Ho
 Hana tertegun saat mengetahui siapa pengirim surat itu. Dan, saat dilihatnya setangkai bunga itu adalah ranunculus.
Apa maksudnya, sih, dia selalu memberiku bunga ranunculus?Padahal sudah jelas dia telah berpacaran dengan Hye Ri.    
***
Keesokan harinya Hana tidak bersemangat untuk bekerja. Matanya sembab karena menangis semalaman.
“Hana-ssi, kau baik-baik saja? Mengapa matamu begitu?” tanya Min Ho cemas saat melihat Hana.
“Oh, ini karena aku bergadang semalaman mengerjakan tugas sekolah,” bohong Hana.
Min Ho mengamati Hana. Dia tahu bahwa yeoja itu berbohong. “Besok ada festival musim semi di Yeojwachan. Bagaimana kalau kau ikut aku dan Hye Ri ke sana, Hana-ssi? Sepertinya kau butuh hiburan,” ajak Min Ho.
“Aku tidak bisa,” tolak Hana sambil menusun bunga-bunga krisan.
“Kau harus ikut, Hana-ssi. Ayolah. Kapan lagi kita bisa pergi bersama-sama untuk melihat keindahan cherry blossom di Yeojwachan?” bujuk Min Ho dengan wajah memelas.
Melihat wajah Min Ho, Hana jadi tidak tega untuk menolak ajakan namja tampan itu. Saat Hana menyetujui bahwa dia aka ikut. Tiba-tiba Min Ho memeluknya. Hana merasakan sensasi aneh yang membuat sekujur tubuhnya merinding. Tapi anehnya, rasa ini justru menimbulkan efek nyaman yang luar biasa. “Kita pasti akan bersenang-senang di sana,” bisik Min Ho tanpa melepaskan pelukannya.
***
Yeojwancheon merupakan jembatan yang sering digunakan sebagai lokasi syuting serial romance, sehingga jembatan ini disebut romance bridge. Saat musim gugur, jembatan ini ramai dikunjungi karena di sini cherry blossom berguguran sangat indah. Tapi, Hana menyesali keputusannya untuk ikut ke sini bersama Min Ho dan Hye Ri.
“Dari tadi aku melihatmu cemberut terus, Hana-ssi? Apa ada masalah?” tanya Hye Ri.
Hana menggeleng. “Aku cuma lapar,” kilah Hana. Hye Ri tersenyum mendengarnya, lalu mengeluarkan sesuatu.
“Kebetulan tadi aku membeli oden8,  teoboki7, dan minuman kaleng. Kalau kau lapar, makan saja ini.”
Hana menerima kantong makanan pemberian Hye Ri. Dan, langsung memakannya. Setidaknya dia tidak perlu lagi menjadi patung yang menyaksikan kemesraan Min Ho dan Hye Ri.
Sambil menikmati oden, Hana menyapukan pandangannya pada kelopak-kelopak cherry blossom yang meliuk-liuk di udara. Sungguh cantik dan memesona. Andai saja Hye Ri tidak ada, pasti Hana akan menikmati semua keindahan ini bersama Min Ho. Tapi, kenyataannya Hye Ri ada di sini. Dan, sedang bermesraan dengan Min Ho.
Saat Hana mau menyuap oden ke mulutnya, tiba-tiba Min Ho menarik tangannya yang memegang oden, dan memakan oden milik Hana. Wajah Hana langsung bersemu merah karena ulah Min Ho tersebut.
Hana menatap Min Ho. Sementara namja itu kembali asyik dengan Hye Ri. Hana benar-benar bingung dengan sikap Min Ho.
Minhae, aku terlambat.” Tiba-tiba seorang namja hadir di antara mereka. Hye Ri langsung menghambur ke pelukan namja itu.
“Junsu-ssi, akhirnya kau datang juga,” ucap Min Ho.
Hye Ri menoleh pada Hana “Oh iya, Hana-ssi, ini Lee Junsu, kekasihku. Dan, oppa8, ini Kim Hana, temannya Min Ho.”
Hana benar-benar bingung dengan kenyataan yang terjadi saat ini. Kepalanya terasa pusing. Jika, namja ini kekasihnya Hye Ri, lalu bagaimana dengan Min Ho? Min Ho mengedipkan mata pada Hye Ri.
“Jadi, kau mengira aku dan Hye Ri berpacaran dan berkencan di sini?” tanya Min Ho setelah kepergian Hye Rid an Junsu.
Hana mengangguk, dan Min Ho semakin tertawa mendengarnya. “Bodoh, mana mungkin aku berkencan dengan sepupuku sendiri.”
Hana menunduk. Dia tidak tahu kalau Hye Ri adalah sepupu Min Ho. Dan, Hana merasa malu telah menangis semalaman karena mengira Min Ho dan Hye Ri berpacaran.
“Kalaupun Hye Ri bukan sepupuku, aku juga tidak akan berkencan dengannya, Hana-ssi. Karena aku sudah menyukai seseorang sejak pertama kali melihatnya.” Min Ho menatap Hana teduh. Membuat dada Hana berdebar-debar.
“Siapa?” tanya Hana.
“Bodoh! Apa kau tidak tahu arti bunga ranunculus?” Min Ho menyeringai saat melihat wajah bingung Hana.
Ranunculus dalam bahasa bunga dapat diartikan sebagai ungkapan ‘kau sangat menarik bagiku’. Saat menyadari alasan mengapa Min Ho selalu memberinya bunga ranunculus, Hana seperti sedang ikut pacuan kuda. Jantungnya serasa mau meledak karena bahagia.
Min Ho berlutut di depan Hana, lalu meraih tangannya. “Saat pertama melihatmu, kau adalah yeoja yang menarik bagiku. Dan, saat melihatmu melamar pekerjaan di tokoku, aku merasa itu kesempatan bagiku untuk mengenalmu semakin jauh. Dan, sekarang aku ingin kau menerima bunga pemberianku ini.” Min Ho menyerahkan sebuket bunga anemone merah. Bunga cantik yang dalam bahasa bunga diartikan sebagai ‘aku cinta kamu’.
Hana tidak bisa lagi membendung rasa bahagianya. Hana menerima anemone merah itu dengan wajah basah karena air mata bahagia. Dan dengan gerakan yang terbilang cepat, Hana ikut berlutut lalu mendaratkan bibirnya di pipi Min Ho. Ciuman yang singkat memang, tapi sudah cukup membuat mata Min Ho terbelalak.
Nado sarange9, Min Ho-ssi.” Min Ho segera memeluk tubuh yeoja yang kini telah menjadi kekasihnya itu dan tidak ingin melepaskannya. Kelopak cherry blossom berguguran menjadi saksi menyatunya cinta dua hati di romance bridge pada musim gugur di Jinhae.
***
Footnote:
1.      Minhae: maaf
2.      Namja: laki-laki
3.      Yeoja: gadis
4.      Jinhae Guhangje Festival: festival cherry blossom pada musim semi Jinhae
5.       Ghamsahamnida: Terima kasih
6.       Oden: Kue ikan yang pakai tusukan
7.      Teoboki: Kue beras pedas.
8.      Oppa: sebutan gadis untuk laki-laki yang lebih tua
9.      Nado Sarange: aku juga mencintaimu

Monday, 21 January 2013

Surat: Teruntuk (Yang Kuanggap Sahabat)

      Hai, Sahabat ...

     Bagaimana kabarmu di sana? Apakah baik-baik saja? Aneh, ya, padahal setiap hari kita selalu bertemu. Tapi, aku sama sekali tidak tahu bagaimana sesungguhnya keadaanmu. Jika dari luar aku melihatmu baik-baik saja. Tapi, belum tentu dengan bagian dalammu kan?

     Sahabat, andai aku bisa, ingin rasanya aku bisa membaca pikiranmu dan menyelam di dasar hatimu. Aku ingin tahu akan apa yang kau pikirkan tentangku dan rasakan padaku. Agar aku paham di mana letak kesalahanku.

      Baru satu minggu kita tidak berbicara seperti selayaknya, dan kurasakan ada yang kosong di sini, hatiku. Kau ingin tahu rasanya? Menyakitkan! Hingga untuk menutupi rasa sakit itu aku lagi-lagi harus berpura-pura. Pura-pura tertawa dan pura-pura semuanya baik-baik saja.

     Ah ... seandainya bisa, ingin rasanya aku berbicara padamu. Tapi, kau selalu menghindar. Di mana ada aku, kau selalu menjauhinya. Jika terpaksaa bertemu, tak sedikit pun kulihat niatmu untuk menyapaku. Apakah persahabatan kita sudah berakhir?

    Sahabat, teman-teman yang lain sekarang mulai menanyakan tentang kita. Mengapa aku sendiri? Mengapa aku tidak bersamamu? Kemana kamu? Ah ... apa yang mesti kujawab atas pertanyaan ini? Apa aku harus jujur? Tidak! Aku tidak bisa jujur, atau mungkin tidak mau. Akhirnya aku hanya menjawab dengan senyum gurauan. Lagi-lagi semua hanya berpura-pura.

    Sahabat, sekarang kita terlihat seperti dua orang asing. Dimana untuk memula percakapan pun terasa teramat berat. Saling bertatapan pun rasanya mustahil. Padahal, semua orang tahu bagaimana kedekatan kita. Seperti saudara kembar. Selalu bersama. Saling melengkapi. Dan, sekarang? Sebelah sisiku begitu goyah tanpa dirimu.

     Aduh ... dari tadi aku selalu memanggilmu dengan sebutan sahabat. Padahal belum tentu kamu mau menyebutku begitu. Sekarang aku ingin bertanya, apakah aku ini sahabatmu? Atau hanya aku sendiri yang dengan tidak malunya mengaku-ngaku sebagai sahabatmu? Tolong jawab yah! Biar aku tidak salah persepsi dengan kedekatan kita dulu. Namun, kamu harus tahu, meski bagaimanapun jawabanmu, kamu tetaplah sahabatku. Terbaik.

    Terakhir, aku hanya ingin katakan: aku berharap semuanya akan baik-baik saja. Kamu, aku, kita. Kembali seperti sedia kala. Berangkulan dan menertawai dunia ini bersama-sama. 

    Teruntuk (yang kuanggap) sahabat, masih adakah kesempatan bagiku untuk menjalani hari-hari bersamamu?


Kamar sempitku, 13 Januari 2013