sumber: google image |
FIKSI. Ketika kita mendengar kata 'FIKSI' maka hal yang seketika melintas dibenak kita adalah rekaan, tidak nyata, imajiner dan dibuat-buat. Menurut wikipedia, fiski adalah sebuah prosa naratif bersifat imajiner. Hal ini diperkuat dengan KBBI yang menyatakan bahwa fiksi adalah (1) cerita rekaan (roman, novel, dan sebagainya), (2) rekaan, khayalan, tidak berdasarkan kenyataan, (3) pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan dan pikiran.
Tapi, meskipun begitu, apakah sebuah karya fiksi harus dibuat sesuka hati berdasar khayalan? jawaban dari saya adalah TIDAK.
Karya fiksi memanglah berawal dari imajinasi atau rekaan penulisnya. Tetapi karya fiksi yang baik tetaplah karya fiksi yang mengacu pada sesuatu yang dapat diterima kebenarannya. Nah kebenaran dalam fiksi inilah yang disebut LOGIKA FIKSI. Agar sebuah karya fiksi tetap berjalan di koridor LOGIKA FIKSI maka penulkis dituntut untuk melakukan riset untuk kepentingan karyanya.
Ada banyak logika fiksi di dalam sebuah karya fiksi. Di sini saya akan bahas beberapa logika fiksi tersebut.
1. Logika segi pengetahuan umum atau bidang ilmu tertentu
Contoh: Tokoh menderita sakit panas. Ke rumah sakit untuk diperiksa. Dalam waktu sekejap dokter seketika menyatakan si tokoh menderita penyakit tipus.
Contoh di atas jelas tidak masuk akal. Karena pada kenyataannya untuk mengetahui seseorang menderita penyakit tipus, tidak hanya bisa dilakukan dalam sekali pemeriksaan. Ada pemeriksaan lanjutan. Jadi, contoh di atas akan merusak logika fiksi ceritamu.
2. Logika segi karakter
Contoh: Di awal cerita kamu memperkenalkan tokohmu memiliki fobia terhadap darah. Lalu di tengah cerita, teman si tokoh mengalami kecelakaan. Tubuhnya penuh darah. Lalu si tokohmu dengan heroiknya menggendong temannya ke mobil untuk dibawa ke rumah sakit
Contoh di atas jelas-jelas akan merusak logika fiksi ceritamu. Karena karakter semula yang kamu bangun, bertentangan dengan tindakannya pada jalan cerita.
3. Logika dari kewajaran cerita
Contoh: Perhatikan cuplikan di bawah ini.
Saat itu minggu kedua bulan April. Aku diajak Papa berlibur ke Jepang. Aku sangat bahagia. Pasalnya, Jepang adalah negara yang sangat ingin kukunjungi saat lama. Sesampai di Narita Airport, cuaca sangat dingin. Ternyata sedang berlangsung musim dingin. Aku menganggumi salju-salju yang berguguran, tampak seperti gula-gula kapas yang berjatuhan dari langit.
Secara sekilas, cerita tersebut masuk akal. Jepang salah satu negara yang memiliki 4 musim. Jadi, melihat salju di Jepang sesuatu yang wajar. Tapi, apakah mungkin salju turun di bulan April? Tentu saja tidak. Nah, inilah yang tidak wajar. Ini akan merusak logika ceritamu.
4. Logika segi setting cerita
Contoh: Kamu menggunakan setting Jakarta. Lalu ada adegan, tokohnya berdiri di depan emperan tokoh, melihat salju yang berguguran.
Logikamu dimana? Sejak kapan Jakarta turun salju? Cape deeeeh!
Itulah tadi beberapa tentang logika fiksi. Sebenarnya masih banyak lagi. Tapi, saya rasa poin poin di atas cukup mewakili untuk kamu-kamu agar lebih memahami logika di dalam sebuah fiksi. Jadi, jangan pernah kamu pikir menulis fiksi itu cuma modal khayalan, ya. Pada kenyataannya kita harus tetap memerhatikan logika agar membuat cerita fiksi kita itu diterima kebenarannya.
So, tetap terus menulis. ^^